Energi
13 Maret, 2025 10:07 WIB
Penulis:Muhammad Imam Hatami
Editor:Ananda Astridianka
JAKARTA - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menargetkan sebanyak 15 proyek migas dapat beroperasi pada tahun 2025.
Proyek tersebut diharapkan dapat meningkatkan produksi minyak dan gas nasional guna memenuhi kebutuhan energi dalam negeri. Total investasi yang digelontorkan untuk proyek-proyek tersebut mencapai US$832,7 juta atau sekitar Rp13,6 triliun.
“Tahun 2025 sendiri, ditargetkan ada sekitar 15 proyek yang harapannya akan on-stream di tahun ini, dengan nilainya di sekitar 832,7 juta dolar AS,” ujar Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Hudi D Suryodipuro dalam acara buka puasa bersama di Jakarta, Rabu, 12 Maret 2025.
Berdasarkan data SKK Migas, proyek ini berpotensi meningkatkan atau mempertahankan kapasitas produksi migas nasional dengan rincian berupa minyak 73.335 barel minyak per hari (BOPD), Gas 896 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD), dan Migas (setara minyak) 233.389 barel setara minyak per hari (BOEPD).
Untuk mencapai target tersebut, SKK Migas menerapkan berbagai strategi, antara lain optimalisasi produksi dengan penerapan teknologi terbaru guna meningkatkan efisiensi, reaktivasi sumur idle agar kapasitas produksi dapat dimanfaatkan secara maksimal, serta eksplorasi masif untuk menemukan cadangan baru yang dapat menopang kebutuhan energi nasional.
Penerapan teknologi seperti Enhanced Oil Recovery (EOR) diharapkan dapat membantu meningkatkan volume produksi dari ladang-ladang yang sudah berproduksi dalam waktu lama. Teknologi dilakukan dengan mennggunakan injeksi gas atau bahan kimia khusus yang dapat membantu mendorong minyak keluar dari reservoir yang sulit diakses.
Selain itu, pengembangan proyek migas juga melibatkan kerja sama dengan berbagai perusahaan migas global guna menarik investasi dan transfer teknologi yang lebih efektif.
Dalam jangka panjang, langkah ini juga berkontribusi terhadap pengurangan biaya produksi migas nasional. Saat ini, produksi minyak Indonesia berada di angka sekitar 600 ribu barel per hari, sementara kebutuhan nasional mencapai 1,5 juta barel per hari.
Ketimpangan ini menyebabkan Indonesia masih mengandalkan impor minyak dalam jumlah besar untuk memenuhi permintaan domestik. Meskipun pemerintah telah merencanakan pembangunan kilang berkapasitas 1 juta barel per hari, peningkatan lifting migas tetap menjadi fokus utama guna mengurangi ketergantungan pada impor.
Selain pembangunan kilang, pemerintah juga berupaya mengembangkan sumber energi alternatif, seperti gas bumi dan energi terbarukan, guna menciptakan diversifikasi energi yang lebih berkelanjutan.
Dengan adanya 15 proyek migas baru ini, SKK Migas optimistis dapat membantu menjaga ketahanan energi nasional serta mengurangi defisit produksi migas dalam beberapa tahun ke depan.
“Harapannya, terkait 15 proyek ini, yang kami dorong supaya jangan terjadi keterlambatan, walaupun tentu saja ada tantangan-tantangan yang mungkin saat ini terjadi,” tambah Hudi.
Selain itu, proyek tersebut juga diprediksi dapat membuka peluang kerja baru bagi tenaga kerja lokal serta memberikan dampak ekonomi yang signifikan bagi daerah penghasil migas.
Pembangunan infrastruktur pendukung di sekitar wilayah proyek juga akan memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar, baik dalam bentuk peningkatan ekonomi maupun akses terhadap fasilitas publik yang lebih baik.
Pemerintah dan SKK Migas terus mendorong pelaksanaan proyek ini dengan memfasilitasi perizinan, mempercepat birokrasi, serta menciptakan iklim investasi yang kondusif bagi investor dalam sektor migas.
Bagikan
Energi
5 jam yang lalu