Bursa Saham
18 Maret, 2025 11:37 WIB
Penulis:Alvin Pasza Bagaskara
Editor:Chrisna Chanis Cara
JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Selasa, 18 Maret 2025, anjlok di tengah antisipasi pasar terhadap hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia yang akan mengumumkan keputusan suku bunga besok siang.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, hingga pukul 10.08 WIB, satu jam setelah perdagangan dibuka, IHSG melemah 2,48% ke level 6.311,53. Terakhir kali indeks menyentuh level ini terjadi pada 2021, saat pandemi Covid-19 masih berlangsung.
Seluruh sektor dalam IHSG mengalami pelemahan, dengan sektor teknologi mencatatkan koreksi terdalam sebesar 10,56%. Pelemahan ini didorong oleh saham afiliasi Anthony Salim, PT DCI Indonesia Tbk (DCII), yang kembali mengalami Auto Rejection Bawah (ARB) 20% ke level Rp115.800 per saham.
Selain sektor teknologi, sektor industri dasar juga melemah 4,27%. Koreksi ini didorong oleh saham milik konglomerat Prajogo Pangestu, PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA), yang anjlok 16,92% ke level Rp5.525 per saham.
Di luar dua saham milik konglomerat, saham-saham pemerintah dari berbagai sektor, seperti PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Vale Indonesia Tbk (INCO), dan PT Semen Indonesia Tbk (SMGR), terpantau kompak melemah.
Equity Research Analyst Phintraco Sekuritas, Alrich Paskalis Tambolang, mengatakan bahwa pasar domestik tengah mencermati realisasi perdagangan Indonesia pada Februari 2025, di mana nilai ekspor lebih tinggi dibandingkan impor. Kondisi ini memberikan sentimen positif, tetapi belum mampu mengangkat IHSG dari pelemahan.
“Tercatat, surplus neraca perdagangan mencapai US$3,12 miliar, lebih tinggi dari ekspektasi yang berada di US$2,45 miliar,” ujarnya pada Selasa, 18 Maret 2025. Namun, meskipun surplus meningkat, kekhawatiran global masih menekan pergerakan pasar saham domestik.
Dari Amerika Serikat, pasar turut mengantisipasi rilis data perumahan Februari 2025 yang dijadwalkan keluar pada Selasa, 18 Maret 2025. Data tersebut diperkirakan meningkat, mengindikasikan adanya peningkatan permintaan di sektor properti AS yang berpotensi mendorong kenaikan suku bunga.
Secara teknis, Alrich menambahkan bahwa breaklow IHSG di bawah batas psikologis 6.500, ditambah indikator stochastic RSI yang membentuk death cross di area overbought, membuka peluang pelemahan lebih lanjut. Tekanan jual yang besar juga meningkatkan risiko penurunan lebih dalam.
“IHSG berpotensi melanjutkan koreksi menuju level support 6.400 pada perdagangan hari ini,” jelasnya. Jika tekanan jual masih kuat, indeks dapat turun lebih dalam. Investor perlu mencermati pergerakan pasar dan sentimen global yang masih bergejolak saat ini.
Bank Indonesia diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuannya pada Rabu, 19 Maret 2025, guna menahan tekanan pelemahan rupiah di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan global. Namun, pasar tetap mencermati potensi kebijakan pelonggaran moneter dalam beberapa bulan ke depan.
Berdasarkan konsensus ekonom dalam survei Reuters, sebanyak 19 dari 31 ekonom memperkirakan BI akan mempertahankan suku bunga BI 7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) di 5,75%. Sementara itu, 12 ekonom lainnya memperkirakan pemangkasan sebesar 25 basis poin.
Suku bunga fasilitas simpanan dan pinjaman juga diperkirakan tetap di level 5,00% dan 6,50%. Gubernur BI Perry Warjiyo bulan lalu menekankan pentingnya mendorong pertumbuhan ekonomi, meskipun bank sentral juga harus menjaga stabilitas rupiah yang masih tertekan.
Dengan rupiah yang telah melemah sekitar 2% sepanjang tahun ini meskipun ada intervensi valas berkala, bank sentral kemungkinan akan tetap memprioritaskan kestabilan nilai tukar dalam pertemuan kali ini. Namun, kebijakan moneter selanjutnya tetap akan disesuaikan dengan kondisi global.
Bagikan