Bagikan:
Bagikan:
JAKARTA - PT Yupi Indo Jelly Gum Tbk (YUPI), produsen permen kenyal terkemuka di Indonesia, akan melangsungkan Initial Public Offering (IPO) dan melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 21 Maret 2025. Perseroan menawarkan saham dengan harga IPO Rp2.390 per lembar, mencerminkan valuasi perusahaan yang cukup besar.
Dalam IPO ini, YUPI melepas sebanyak 8,54 juta lot saham atau setara dengan 10% dari total saham. Dengan harga tersebut, dana yang dihimpun mencapai Rp2,04 triliun. Kapitalisasi pasar perseroan pun mencapai Rp20,39 triliun. Mandiri Sekuritas dan CIMB Niaga Sekuritas bertindak sebagai penjamin emisi.
Mayoritas dana hasil IPO, yaitu 77%, digunakan untuk belanja modal guna membangun pabrik baru di Nganjuk, Jawa Timur. Nilai investasi sekitar Rp437,5 miliar. Pabrik ini diproyyeksikan mulai beroperasi pada 2026. Sisanya sebesar 23% akan digunakan sebagai modal kerja untuk ekspansi bisnis dan operasional.
Sebagai pemimpin pasar kategori soft candy dengan pangsa pasar 66,5% di Indonesia, YUPI memperluas jangkauan ke sembilan negara Asia Tenggara dan 36 negara lainnya. Produk-produk YUPI dipasarkan dengan merek "Yupi," "Just for Fun," dan "Gummy Zone," yang telah dikenal luas oleh konsumen.
Dari sisi kinerja keuangan, YUPI mengalami penurunan penjualan 4,48% pada September 2024 menjadi Rp2,41 triliun dari Rp2,52 triliun di periode yang sama tahun sebelumnya. Namun, margin keuntungan meningkat, dengan Gross Profit Margin (GPM) mencapai 34,56%, mencerminkan efisiensi operasional.
Sementara itu, efisiensi beban pokok penjualan meningkatkan laba bersih 9,95% menjadi Rp484,25 miliar dari Rp440,45 miliar. Laba juga ditopang kenaikan pendapatan keuangan per September 2024 menjadi Rp30,91 miliar dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp6,67 miliar, menunjukkan pengelolaan keuangan yang baik.
Valuasi IPO YUPI dinilai tinggi dengan Price Book Value (PBV) mencapai empat kali lipat dari harga wajar. Namun, perseroan memiliki posisi keuangan solid dengan Debt to Equity Ratio (DER) di bawah 100%. Ini menunjukkan modal lebih besar dibandingkan utang, yang memperkuat struktur keuangan perusahaan.
Sementara itu, Current Ratio (CR) yang berada di atas 200% mencerminkan likuiditas yang kuat dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Dengan pangsa pasar dominan dan inovasi produk berkelanjutan, YUPI optimistis mempertahankan pertumbuhan bisnisnya serta memperluas distribusi ke wilayah baru.
Industri soft candy Indonesia masih terkonsentrasi, dengan "Yupi" menguasai pasar 66,5% pada 2024. Produk YUPI menyasar berbagai segmen usia, memperkuat daya saing di pasar domestik maupun global. Strategi distribusi dan inovasi produk menjadi faktor kunci keberlanjutan pertumbuhan perseroan.
Saat ini, pemegang saham YUPI terdiri dari PT Sweets Indonesia (PTSI) yang menguasai 8.279.860.000 saham atau 99,9%, serta Daniel Budiman yang memiliki 8.294.000 saham atau 0,90%. Struktur kepemilikan ini akan mengalami perubahan pasca-IPO dengan masuknya investor baru.
Berdasarkan prospektus YUPI, PTSI dan Daniel Budiman telah menandatangani Perjanjian Perikatan Jual Beli (PPJB) saham dengan Confectionary Consumer Products Global Pte Ltd (CCPGL) dan PT Confectionery Consumer Products Indonesia (PT CCPI) pada 1 November 2024. Kesepakatan ini akan mengubah kepemilikan saham secara signifikan.
Setelah IPO dan pencatatan saham di BEI, PT CCPI akan membeli 7.690.039.800 saham YUPI. Saham ini terdiri dari 7.681.745.800 saham milik PTSI dan 8.294.000 saham milik Daniel Budiman. Akuisisi ini mencakup 90% dari total saham setelah IPO, yang menjadikan PT CCPI sebagai pemegang saham pengendali baru.
Dengan asumsi harga IPO Rp2.390, nilai akuisisi ini diperkirakan mencapai Rp18,37 triliun. Rencana akuisisi ini akan mengubah struktur kepemilikan perseroan, dengan PT CCPI mengambil alih kendali strategis atas bisnis YUPI di pasar permen kenyal domestik dan internasional.