Kebakaran Besar Korea Selatan: 27 Ribu Orang Mengungsi, Kuil Ribuan Tahun Hangus

26 Maret, 2025 11:30 WIB

Penulis:Distika Safara Setianda

Editor:Chrisna Chanis Cara

Rumah-rumah terbakar di sebuah desa setelah dilalap kebakaran hutan yang dipicu oleh angin kencang di Uiseong, Korea Selatan, Selasa, 25 Maret 2025..jpg
Rumah-rumah terbakar di sebuah desa setelah dilalap kebakaran hutan yang dipicu oleh angin kencang di Uiseong, Korea Selatan, Selasa, 25 Maret 2025.

JAKARTA – Kebakaran hutan yang didorong angin, termasuk salah satu yang terburuk dalam sejarah Korea Selatan, melanda wilayah selatan negara itu. Bencana ini menewaskan 18 orang, menghancurkan lebih dari 200 bangunan, dan memaksa 27.000 orang mengungsi.

Pusat tanggap darurat pemerintah melaporkan kebakaran yang telah menghanguskan 43.330 hektare itu juga menyebabkan 19 orang terluka serta merusak berbagai bangunan, termasuk kuil Buddha berusia 1.300 tahun, rumah, pabrik, dan kendaraan.

Dalam pidato yang disiarkan televisi, Pejabat Presiden Korea Selatan, Han Duck-soo, menyatakan kebakaran hutan yang dimulai pada Jumat lalu, 21 Maret 2025, menyebabkan kerusakan lebih parah dibanding banyak kebakaran hutan sebelumnya.

“Kerusakan terus meningkat,” ujar Han, dilansir dari US News. “Ada kekhawatiran bahwa kita akan menghadapi dampak kebakaran hutan yang belum pernah terjadi sebelumnya, sehingga kita harus mengerahkan seluruh kemampuan untuk memadamkannya dalam sisa pekan ini.”

Han menjelaskan upaya pemadaman terhambat oleh angin kencang yang bertiup sepanjang malam. Pada Rabu, sekitar 4.650 petugas pemadam kebakaran, tentara, dan personel lainnya dikerahkan untuk memadamkan api dengan bantuan sekitar 130 helikopter. 

Ia juga menyebutkan bahwa hujan ringan sekitar 5-10 milimeter diperkirakan turun pada Kamis. Menurut pengamat, kebakaran hutan yang masih berlangsung ini merupakan yang terbesar ketiga dalam sejarah Korea Selatan berdasarkan luas lahan yang terbakar.

Pejabat di beberapa kota dan daerah di tenggara Korea Selatan memerintahkan warga untuk mengungsi pada Selasa, sementara petugas pemadam kebakaran berjuang mengendalikan sejumlah kebakaran yang diperburuk oleh angin kering.

Menurut Kementerian Dalam Negeri Korea Selatan, kebakaran terbesar terjadi di Andong, serta di wilayah sekitarnya seperti Kabupaten Uiseong, Sancheong, dan Kota Ulsan. Sebelumnya pada Selasa, pejabat melaporkan bahwa sebagian besar api dari kebakaran terbesar di daerah tersebut telah berhasil dipadamkan. 

Namun, kondisi angin kencang dan udara kering menyebabkan kobaran api kembali menyebar. Upaya pemadaman pun terpaksa dihentikan sementara pada malam hari karena angin semakin menguat.

Kebakaran di Uiseong menghancurkan Gounsa, sebuah kuil yang dibangun pada abad ke-7, menurut pejabat dari Layanan Warisan Korea. Beberapa peninggalan berharga di kuil tersebut, termasuk patung Buddha dari batu, berhasil diselamatkan sebelum api melahap bangunan kayu.

Layanan Kehutanan Korea meningkatkan peringatan kebakaran hutan ke tingkat tertinggi, yakni “serius,” pada Selasa, yang mewajibkan pemerintah daerah menambah personel tanggap darurat, memperketat akses ke hutan dan taman, serta menyarankan unit militer untuk menunda latihan tembak langsung.

Dari 18 korban tewas, empat di antaranya adalah petugas pemadam kebakaran dan pegawai pemerintah yang terjebak kobaran api di Sancheong pada Sabtu akibat angin kencang yang mempercepat penyebaran api, menurut pejabat setempat.

Pemerintah menduga beberapa kebakaran dipicu oleh kelalaian manusia, seperti penggunaan api saat membersihkan rumput liar di makam keluarga atau percikan api dari pekerjaan las.