logo
Ikuti Kami di:

Kenapa Lebaran Identik dengan Ketupat?

Kenapa Lebaran Identik dengan Ketupat?

Sejumlah pedagang musiman kulit ketupat menggelar lapaknya di kawasan Pesanggerahan, Jakarta Selatan, Senin, 10 Mei 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia

undefined
Distika Safara Setianda31 Maret, 2025 07:02 WIB

JAKARTA – Idulfitri adalah hari besar yang memiliki makna istimewa bagi umat Islam. Bagi masyarakat Muslim di Indonesia, perayaan ini sering dikaitkan dengan ketupat, hidangan khas yang disajikan pada momen istimewa tersebut.

Makna Ketupat di Perayaan Lebaran

Melansir dari artikel ilmiah Makna Kultural Kepercayaan Masyarakat Jawa Terhadap Ketupat di Momen Lebaran: Kajian Antropologi Linguistik oleh Alvina Maghfiroha dan Nurhayati, ketupat atau kupat adalah hidangan khas yang biasanya hanya disajikan pada momen-momen tertentu, termasuk Idulfitri.

Kupat memiliki makna simbolis, seperti ngaku lepat (mengakui kesalahan), jalan papat (empat tindakan), Idulfitri sebagai momen terbukanya pintu ampunan, serta laburan (menyucikan diri).

Hidangan ini dibuat dari beras yang direbus dalam anyaman janur atau daun kelapa. Secara filosofis, isi ketupat melambangkan nafsu manusia, sementara janur mencerminkan jatining nur (cahaya hati). Oleh karena itu, ketupat menjadi simbol seseorang yang mampu mengendalikan hawa nafsunya.

Asal Usul Ketupat di Perayaan Lebaran

Dikutip dari artikel Nilai Pendidikan dalam Tradisi Lebaran Ketupat Masyarakat Suku Jawa Tondano di Gorontalo oleh Muh. Arif dan Melki Yandi Lasantu, masyarakat Jawa meyakini Sunan Kalijaga adalah tokoh yang pertama kali memperkenalkan ketupat.

Dalam budaya Jawa, ketupat memiliki makna simbolis, sehingga pada hari Lebaran, tamu yang berkunjung akan disuguhi ketupat dan diharapkan memakannya sebagai tanda kerelaan serta saling memaafkan.

Sunan Kalijaga juga dikenal sebagai tokoh yang memperkenalkan dua perayaan bakda, yaitu Bakda Lebaran yang jatuh pada 1 Syawal dan Bakda Kupat yang berlangsung seminggu setelah Lebaran. Tradisi Bakda Kupat tetap lestari hingga kini dan masih dijalankan oleh umat Islam di berbagai wilayah Indonesia, terutama di Jawa.

Di samping itu, bentuk ketupat yang khas dengan empat sisi melambangkan prinsip "kiblat papat, limo pancer" (empat arah, satu pusat), yang bermakna bahwa ke mana pun manusia pergi, pada akhirnya akan kembali kepada Allah.

Merujuk situs Universitas Al-Falah As-Sunniyah, secara tradisional perayaan Bakda Lebaran dilakukan oleh masyarakat desa dengan berkumpul di tempat tertentu, seperti masjid.

Sebagai ungkapan rasa syukur setelah menjalani ibadah puasa selama sebulan penuh, masyarakat membawa berbagai hidangan, dengan ketupat sebagai sajian utama, dan menggelar selamatan bersama seluruh warga.

Dilansir dari binus.tv, pada masa itu, Sunan Kalijaga membagi-bagikan ketupat sebagai media dakwah dalam menyebarkan Islam kepada masyarakat. Pendekatan budaya ini digunakan untuk mengajak orang Jawa memeluk agama Islam.

Secara bertahap, tradisi ketupat semakin mengakar di Indonesia sebagai hidangan khas Lebaran. Sejak saat itu, ketupat menjadi salah satu simbol yang erat kaitannya dengan perayaan Idulfitri.

Selain itu, bentuk segi empat ketupat juga menggambarkan empat nafsu dasar manusia, yaitu amarah (emosi), lawamah (rasa lapar dan haus), sufiah (keinginan memiliki sesuatu yang indah atau bagus), dan muthmainah (dorongan untuk memaksa diri).

Keempat nafsu ini dikendalikan selama bulan puasa. Oleh karena itu, ketika seseorang menyantap ketupat saat Lebaran, hal itu menjadi simbol keberhasilannya dalam menahan hawa nafsu. Secara keseluruhan, ketupat melambangkan nafsu duniawi yang dikendalikan oleh hati nurani.

Sejak diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga, tradisi membuat ketupat saat Lebaran terus diwariskan hingga kini. Bahkan, bukan hanya masyarakat Jawa yang mempertahankannya, tetapi juga masyarakat di berbagai daerah di luar Jawa.

Ketupat telah menjadi imbol perayaan Idulfitri yang dirayakan umat Islam setiap tahun pada 1 Syawal, setelah sebulan penuh menjalani ibadah puasa di bulan Ramadan. Selain sebagai simbol, ketupat juga mengandung makna yang mendalam dan kaya akan filosofi.