Kabar Rusia Minta Izin Tempatkan Bomber di Indonesia Benar-Benar Membuat Australia Tersengat

17 April, 2025 01:03 WIB

Penulis:Amirudin Zuhri

Editor:Amirudin Zuhri

tu-95.jpg
Tu-95 Bear

JAKARTA- Rusia dilaporkan mengajukan izin untuk menempatkan bomber jarak jauh mereka di Indonesia. Jakarta segera membantah. Sementara Australia langsung tersengat

Laporan pengajuan izin Rusia tersebut pertama diungkap oleh Janes pada 14 April 2025. Disebutkan Jakarta telah menerima permintaan resmi dari Moskow. Mereka meminta izin bagi pesawat Angkatan Udara Rusia untuk ditempatkan di sebuah fasilitas di provinsi paling timur Indonesia.

Sumber terpisah dari pemerintah Indonesia kepada Janes mengatakan permintaan tersebut diterima oleh kantor Menteri Pertahanan RI Sjafrie Sjamsoeddin. Ini  setelah pertemuannya dengan Sekretaris Dewan Keamanan Federasi Rusia Sergei Shoigu pada Februari 2025.

Dalam permintaan tersebut Rusia berupaya untuk menempatkan beberapa pesawat jarak jauh di Pangkalan Angkatan Udara (Lanud) Manuhua. Fasilitas yang berbagi landasan pacu dengan Bandara Frans Kaisiepo. Lanud Manuhua terletak di Biak Numfor di provinsi Papua Indonesia, dan merupakan markas bagi Skadron Udara 27 TNI AU yang mengoperasikan armada pesawat pengintai CN-235. Pangkalan udara tersebut juga merupakan rumah bagi Wing Udara ke-9 Angkatan Udara Indonesia yang baru didirikan. Namun belum diberi jenis pesawat.

Dalam permintaan tersebut tidak ada rincian yang diberikan mengenai jumlah atau jenis pesawat yang akan ditempatkan VKS di Biak Numfor.  Namun sebagai pengingat pada tahun 2017 Rusia mendaratkan bomber jarak jauh mereka Tu-95 ke Biak. Rusia saat itu mengatakan misi itu sebagai latihan navigasi jarak jauh bagi para crew pembom Rusia. 

Saat itu Tu-95 Bear tidak datang sendiri. Dua pesawat angkut Iluyshin Il-76 juga ikut serta. Mereka membawa 81 personel dan berbagai peralatan darat untuk digunakan melayani kebutuhan pembom Tu-95.

Kementerian Pertahanan Indonesia segera memberikan pernyataan terkait hal itu. Kepala Biro Humas dan Informasi Kemenhan Frega Wenas Inkiriwang  memastikan kabar mengenai penggunaan pangkalan militer di wilayah Republik Indonesia oleh Rusia merupakan informasi yang tidak benar.  “Kabar itu tidak benar,” katanya.

Informasi itu pun direspons oleh anggota Komisi I DPR RI TB Hasanuddin. Dia menegaskan  pendirian pangkalan militer asing di wilayah Indonesia merupakan pelanggaran terhadap konstitusi. Selain itu juga bertentangan dengan prinsip politik luar negeri bebas aktif yang menjadi pijakan utama diplomasi Indonesia.

“Konstitusi dan berbagai peraturan perundang-undangan Indonesia secara tegas memang melarang keberadaan pangkalan militer asing,” katanya.  Dia juga mengingatkan bahwa keberadaan pangkalan militer asing, khususnya di kawasan Asia Tenggara, berpotensi memicu ketegangan antarnegara anggota ASEAN dan mengganggu stabilitas kawasan.

Australia Tersengat

Kabar tersebut bagaimanapun langsung memantik reaksi dari Australia. Ini mengingat Papua terletak hanya sekitar 1.200 km di sebelah utara kota Darwin, Australia. Tempat pasukan rotasi Korps Marinir Amerika bermarkas selama enam bulan dalam setahun. Pangkalan udara Australia juga sedang ditingkatkan untuk menampung pesawat pengebom Amerika yang berkunjung. Rusia juga telah mengkritik kehadiran besar militer Amerika di Australia.

Australian Broadcasting Corporation melaporkan Perdana Menteri Anthony Albanese dan Menteri Pertahanan Richard Marles bergegas untuk mendapatkan informasi spesifik.

Marles segera berbicara dengan mitranya dari Indonesia Sjafrie Sjamsoeddin. “Dalam pembicaraan kami Menhan Indonesia mengatakan dengan sejelas-jelasnya bahwa  laporan tentang prospek pesawat Rusia yang beroperasi dari Indonesia tidak benar,” ujarnya.

Perdana Menteri Australia Anthony Albanese juga mengatakan pemerintahnya telah bertanya kepada Indonesia tentang laporan Janes. Ini karena isu tersebut mendominasi kampanye pemilu Australia pada hari Selasa. “Australia jelas tidak ingin melihat pengaruh Rusia di wilayah kami,” katanya. 

Sementara Menteri Luar Negeri Australia Penny Wong pada Selasa juga mengatakan Indonesia sangat penting bagi keamanan Australia, Dan kedua negara telah mencapai kesepakatan kerja sama pertahanan tahun lalu. Pemimpin oposisi Peter Dutton selama menyebut laporan itu mengkhawatirkan. Dan dia sedang mencari pengarahan dari pemerintah Australia tentang masalah tersebut.

Kremlin menolak berkomentar lebih lanjut mengenai detail laporan tersebut. Tetapi juru bicara Dmitry Peskov mengatakan banyak sekali berita palsu yang beredar termasuk yang terkait dengan area sensitif.

Hubungan Rusia-Indonesia Makin Mendalam

Media ABC Australia juga menyoroti peningkatan hubungan militer Rusia dan Indonesia. Media itu menulis pendalaman hubungan militer antara Indonesia dan Rusia bukanlah hal baru. Faktanya, diplomat dari kedua negara telah membicarakannya selama bertahun-tahun.

Pada bulan Oktober, duta besar Moskow di Jakarta Sergei Tolchenov kepada kantor berita pemerintah Rusia TASS mengatakan kerja sama militer merupakan hal yang tidak terpisahkan dalam hubungan kedua negara. Saat itu dia mengatakan karana alasan pihaknya tidak akan menyebutkan topik dan proyek spesifik apa pun sekarang.

Rusia dan Indonesia memiliki hubungan yang hangat dan mengadakan latihan angkatan laut di Laut Jawa akhir tahun lalu. “Hal itu adalah urusan bilateral kami. Dan secara umum Rusia tidak peduli bagaimana perasaan negara ketiga mengenai hal tersebut,” katanya.

Ia mengatakan kemitraan seperti AUKUS dan Quad merupakan ancaman bagi keamanan kawasan. Dan Rusia melihat Indonesia menerima argumen tersebut. AUKUS terdiri dari Australia, Inggris dan Amerika. Sementara QUAD mencakup Australia, India, Jepang, dan Amerika Serikat,

Tolchenov menyebut tentu saja ada negara-negara di kawasan ini yang siap melakukan apa pun yang diperintahkan NATO atau Amerika. Tetapi sebagian besar negara anggota ASEAN, termasuk Indonesia, menjalankan kebijakan independen. Mereka sama sekali tidak menyukai garis NATO ini, karena tidak sesuai dengan mereka.

ABC Australia juga menyinggung kunjungan dua bomber berkemampuan nuklir ke Biak. Dilaporkan misi itu sebagai latihan pengumpulan intelijen. Peningkatan hubungan Indonesia dan Rusia juga ditandai dengan penyelenggaraan pertemuan bilateral rutin. Bahkan, Wakil Perdana Menteri Denis Manturov tiba di Indonesia bersama delegasi Rusia awal minggu ini. Mereka menghadiri pertemuan yang disebut sebagai pertemuan puncak bisnis.

Kedutaan Besar Jakarta di Moskow menandai pertemuan tersebut dengan sebuah posting di Telegram. Dikatakan dalam konteks ketidakstabilan geopolitik global, Indonesia dan Rusia menggunakan momen ini untuk memperdalam kerja sama dan mengembangkan hubungan diplomatik.

Pada bulan Juli tahun lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin juga menjamu Prabowo Subianto yang saat itu menjabat sebagai Menteri Pertahanan dan presiden terpilih Indonesia. Pertemuan dilakukan di Moskow. Selama pertemuan tersebut, media Rusia  melaporkan perhatian khusus diberikan pada kerja sama militer.

Prospek pangkalan militer Rusia di Asia Tenggara telah dibahas sebelumnya. Pada tahun 2017, kantor berita pemerintah Rusia RIA Novosti menerbitkan wawancara dengan duta besar Indonesia untuk Moskow, Wahid Supriyadi. Saat itu pendapatnya tentang gagasan tersebut Wahid mengatakan pembangunan pangkalan militer  tidak dapat terjadi. Ini karena tindakan agresif apa pun di Asia Tenggara dilarang oleh prinsip dan  konstitusi Indonesia.