Poin Penting Wawancara Prabowo dengan 7 Jurnalis Senior di Bogor

08 April, 2025 16:01 WIB

Penulis:Muhammad Imam Hatami

Editor:Ananda Astridianka

pertemuan Prabowo.jpg
Prabowo Subianto bertemu dengan 7 Wartawan Senior

BOGOR - Di balik pagar tinggi kediamannya yang tenang di Hambalang, Bogor, Presiden Prabowo Subianto menggelar sebuah sesi langka, wawancara eksklusif selama tiga jam lebih bersama tujuh jurnalis senior dari berbagai media nasional. Tidak ada naskah, tidak ada batasan topik, dan yang paling penting, tidak ada pertanyaan yang disensor.

Sejak pukul 09.00 pagi hingga 13.00 siang,  Minggu, 6 April 2025, diskusi mengalir mulai dari isu paling sensitif seperti teror simbolik dan kontroversi RUU, hingga soal strategi bertahan di tengah tekanan tarif perdagangan dari Amerika Serikat.

Berikut poin-poin penting dalam diskusi Prabowo bersama para jurnalis yang dikumpulkan TrenAsia.com. Simak ulasannya. 

“Itu Adu Domba” – Reaksi Prabowo atas Teror Kepala Babi

Wawancara dimulai dengan pertanyaan soal aksi teror yang sempat viral, pengiriman kepala babi ke rumah seorang aktivis. Prabowo tidak menutup-nutupi keterkejutannya.

"Saya juga kaget masalah kepala babi dan apa itu juga saya kira, gaya-gaya apa ya, taktik, teknik gitu-gitu, saya kira yang melakukan itu ingin mengadu domba, ingin menciptakan suasana yang tidak baik," tegas Prabowo.

Ia juga mengkritik Hasan Nasbi, Kepala Komunikasi Presiden, yang sebelumnya menyarankan kepala babi itu dimasak. "Pernyataannya teledor dan keliru," kata Prabowo, sambil menambahkan Hasan adalah akademisi yang belum sepenuhnya terbiasa dengan dinamika komunikasi publik.

"Tapi benar itu ucapan yang menurut saya teledor, itu ya keliru itu, saya kira beliau menyesal, akan kekeliruan itu dilakukan Hasan lantaran belum bisa beradaptasi dalam peran komunikasi publik dari yang sebelumnya berada di dunia akademisi. Jadi kadang-kadang orang yang dari dunia perencana atau dunia survei atau dunia akademis muncul di panggung publik kurang cepat menyesuaikan," ujar Prabowo.

RUU TNI: Klarifikasi Tegas soal Tuduhan Dwifungsi

Menjawab isu panas soal Revisi UU TNI, Prabowo membantah keras bahwa langkah tersebut akan mengembalikan dwifungsi militer.

Ia menekankan bahwa fokus utama revisi adalah perpanjangan usia pensiun bagi perwira tinggi TNI, agar kompetensi dan pengalaman mereka tidak serta-merta hilang karena batas usia.

"Jadi saya mohon kalau bisa inti daripada RUU TNI ini sebetulnya hanya memperpanjang usia pensiun beberapa perwira tinggi, Enggak ada niat TNI mau dwifungsi lagi. Come on, ya kan. Nonsens itu saya katakan. Tidak ada niat TNI yang keluar dari politik," jelas Prabowo.

RUU Polri: Cukup Itu Cukup, Tak Perlu Diperluas

Isu revisi Undang-Undang Kepolisian menjadi salah satu sorotan dalam wawancara. Presiden Prabowo Subianto menunjukkan sikap yang sangat berhati-hati, bahkan cenderung skeptis terhadap urgensi perubahan tersebut. 

Ia mempertanyakan perlunya penambahan kewenangan bagi aparat jika aturan yang ada sudah mencukupi. Menurutnya, tugas polisi memang sangat penting, namun harus dibatasi secara proporsional. 

Fokus utama kepolisian, lanjutnya, seharusnya tetap pada pemberantasan kriminalitas, penindakan penyelundupan, perang terhadap narkoba, serta menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas). 

Penilaian terhadap revisi undang-undang ini, kata Prabowo, harus dilakukan secara arif dan rasional, bukan emosional ataupun dilandasi dorongan politik sesaat.

MBG Jalan Terus: Target 100% di Akhir 2025

Saat berbicara tentang program unggulan Makan Bergizi Gratis (MBG), Prabowo tampak bangga. Ia menyampaikan bahwa sejak diluncurkan awal Januari, program itu telah menjangkau lebih dari 3 juta siswa.

Ia yakin MBG akan mencapai 100% target nasional pada Oktober–November 2025.  "Saya perkirakan mungkin Oktober, November kita sudah bisa hampir mencapai 100 persen sasaran," kata Prabowo.

Demonstrasi dan Tagar-Tagar Kritis: Waspadai Provokasi

Terkait demonstrasi penolakan terhadap revisi UU TNI serta maraknya tagar-tagar kritis seperti #IndonesiaGelap dan #KaburAjaDulu, Prabowo menunjukkan sikap terbuka, namun juga waspada.

"Coba perhatikan secara objektif dan jujur. Apakah demo-demo itu murni atau ada yang bayar. Harus objektif dong," ungkap Prabowo. Ia mengaku siap berdialog tertutup dengan tokoh-tokoh penggerak gerakan tersebut untuk mencari titik temu.

"Jadi selalu dalam pengelolaan suatu negara kita waspada. Apakah ada kelompok-kelompok atau kekuatan-kekuatan asing yang ingin adu domba. Ini berlaku lazim," tambah Prabowo

Dampak Tarif AS: Waktunya Indonesia Berdikari

Dalam konteks geoekonomi, Prabowo bicara soal ancaman nyata dari kebijakan tarif baru Presiden AS Donald Trump yang memukul produk Indonesia, seperti tekstil, garmen, furnitur, dan sepatu.

"Ya masalah Trump ini, mungkin kita akan mengalami dampak yang yang berat mungkin. Terutama yang bisa kena adalah industri tekstil, sepatu, garment dan furniture ini berat, karena ini padat karya," kata Prabowo.

Ia memastikan pemerintah akan mencari pasar baru, memperkuat substitusi impor, dan mendorong kemandirian industri dalam negeri. "Tapi kita akan cari jalan keluar. Kita harus berani mencari pasar baru," imbuh Prabowo.

Sesi ini diakui para jurnalis sebagai momen langka yang menunjukkan wajah baru komunikasi publik pemerintahan Prabowo-Gibran. Najwa Shihab, Uni Lubis, dan Sutta Dharmasaputra sepakat: tidak ada pertanyaan yang ditolak, tidak ada sensor, dan waktu sangat longgar.

Sesi ini bisa jadi penanda bahwa kepemimpinan Prabowo tak sekadar mengandalkan narasi tegas di atas panggung, tapi juga mau turun, duduk, dan menjawab satu per satu pertanyaan yang tajam, langsung dari jurnalis senior yang tak bisa dibohongi.