Sinopsis Pengepungan di Bukit Duri: Perpaduan Drama, Aksi, dan Realita Sosial dari Joko Anwar

12 April, 2025 20:02 WIB

Penulis:Debrinata Rizky

Editor:Amirudin Zuhri

1000500511.jpg
Film Pengepungan di Bukit Duri

JAKARTA – Sutradara kenamaan Indonesia, Joko Anwar, kembali mengejutkan dunia perfilman Tanah Air lewat karya terbarunya berjudul “Pengepungan di Bukit Duri”.

Film yang dijadwalkan tayang perdana di bioskop Indonesia pada 17 April 2025 ini menjadi tonggak baru dalam karier Joko Anwar karena mengangkat genre drama aksi bernuansa distopia sosial-politik. Sebuah pendekatan yang belum pernah ia eksplorasi secara penuh dalam film-film sebelumnya.

Film digarap oleh Come and See Pictures, rumah produksi milik Joko Anwar, dan menjadi proyek kerja sama internasional dengan Amazon MGM Studios. Kerja sama ini memperkuat posisi film Indonesia di kancah global dan menjadi bukti bahwa cerita dari negeri sendiri mampu menarik perhatian industri film internasional.

Film Pengepungan di Bukit Duri berlatar waktu di masa depan, tahun 2027, ketika Jakarta dilanda gejolak politik dan sosial hebat. Film ini mengisahkan sebuah kelompok siswa SMA yang terjebak di dalam lingkungan sekolah bersama seorang guru pengganti, Edwin yang diperankan oleh Morgan Oey, saat kerusuhan nasional meledak dan melumpuhkan sebagian besar kota.

Edwin memasuki dunia berbahaya di SMA Duri ini dan harus berhadapan dengan siswa-siswa yang agresif dan terlibat dalam kekerasan. Edwin berusaha menemukan keponakannya yang hilang setelah permintaan terakhir dari kakaknya sebelum meninggal. Situasi semakin rumit ketika Edwin dan keponakannya terjebak di sekolah saat kerusuhan sosial melanda kota. 

Sekolah yang awalnya menjadi tempat aman dan belajar, berubah menjadi benteng terakhir di tengah pengepungan oleh kelompok bersenjata misterius.

Lebih dari sekadar aksi bertahan hidup, film ini mengangkat kritik sosial yang kuat tentang ketimpangan, kekuasaan, dan survivalisme, menggambarkan bagaimana generasi muda menghadapi dunia yang penuh ketidakadilan, dengan latar cerita yang terasa sangat relevan dengan kondisi sosial-politik saat ini.

Film ini diperkuat oleh jajaran aktor dan aktris berbakat lintas generasi, antara lain, Morgan Oey sebagai Edwin, guru pengganti yang memiliki masa lalu kelam dan kini harus menjadi pelindung dalam situasi ekstrem.

Hana Malasan sebagai Laras, siswa yang cerdas dan pemberani, menjadi pemimpin tak resmi di antara rekan-rekannya. Ada juga Omara Esteghlal sebagai Bayu, siswa yang skeptis namun setia, mewakili sisi rasional dari kelompok.

Arya Vasco, Fatih Unru, dan Widika Sidmore juga turut memperkuat jajaran pemeran muda yang tampil memukau dalam situasi penuh ketegangan.

Melalui trailer resminya, Joko Anwar mengemas film ini dengan tone gelap dan sinematografi yang menekan, menciptakan suasana claustrophobic dan penuh kecemasan. Adegan-adegan dalam ruang tertutup berpadu dengan tekanan psikologis serta ancaman nyata dari luar sekolah membuat “Pengepungan di Bukit Duri” menjadi film aksi psikologis yang memikat dan mencekam.

Lebih dari sekadar hiburan, film ini akan membawa pesan kuat tentang pentingnya solidaritas, pendidikan, dan keberanian moral di tengah krisis. Isu-isu seperti kesenjangan sosial, konflik horizontal, hingga ketidakpastian masa depan generasi muda tergambar kuat lewat narasi film ini.