Makroekonomi
09 April, 2025 18:30 WIB
Penulis:Debrinata Rizky
Editor:Amirudin Zuhri
JAKARTA - Presiden Prabowo Subianto mengungkapkan telah memberikan instruksi langsung kepada jajaran terkait untuk menghilangkan mekanisme kuotaimpor yang dapat menghambat kelancaran perdagangan.
Langkah ini diambil untuk menyikapi tarif yang diberlakukan Presiden Amerika Donald Trump. Seperti diketahui Amerika menerapkan tarif sebesr 32 persen. Tarif diberikan Amerika dengan alasan untuk menyeimbangkan defisit perdagangan Amerika dengan negara terkait.
“Tapi yang jelas, Menko kemarin, Menteri Keuangan, Gubernur BI ada, Ketua DEN ada. Saya sudah kasih perintah untuk hilangkan kuota-kuota impor," katanya pada acara Sarasehan Ekonomi yang digelar di Menara Mandiri, Jakarta dilansir Rabu, 8 April 2025.
Usai Prabowo mengatakan hal tersebut, Menteri Perdagangan Budi Santoso mengatakan, kebijakan itu akan dibahas secara mendalam oleh pemerintah. Namun, ia belum bisa memastikan kapan pembahasan itu selesai.
Budi menekankan, dirinya juga masih membutuhkan arahan lebih mendalam terkait penerapan kebijakan itu ke Presiden Prabowo Subianto.
Ia juga berencana memberikan penjelasan terlebih dahulu ke Presiden Prabowo tentang kebijakan impor yang tertuang dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 8 Tahun 2024 yang merupakan perubahan ketiga dari Permendag Nomor 36 Tahun 2023.
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, kinerja impor Indonesia sepanjang Januari hingga Februari 2025 total impor RI tembus US$36,80 miliar atau setara dengan Rp620,9 triliun (kurs Rp16,800 per dolar AS) tumbuh tipis hanya 0,36% secara CtC.
Jika dilihat dari negara asal impor nonmigas sepanjang Januari hingga Februari 2025, Tiongkok menduduki posisi pertama diangka US$12,39 miliar atau Rp209,1 triliun juga tumbuh 4,38%, lalu disusul negara sakura alias Jepang diangka US$2,41 miliar atau setara dengan Rp40,6 triliun tumbuh 7,46%.
Urutan ketiga Thailand diangka US$1,54 miliar merosot 17,5% atau Rp26 triliun, Amerika Serikat menduduki posisi keempat diangka US$1,54 miliar setara dengan Rp26 triliun tumbuh 7,12% dan posisi kelima ada Korea Selatan US$1,34 miliar atau tumbuh 4,29% setara dengan Rp22,6 triliun.
Adapun impor RI sepanjang Januari hingga Februari 2025 disokong kinerja nonmigas peringkat pertama untuk Mesin dan Peralatan Mekanik dengan kode HS 84 diangka US$5,06 miliar, disusul urutan kedua ada impor Mesin dan Peralatan Listrik dengan kode HS 85 diangka US$4,55 miliar, lalu ada Plastik dan Barang dari Plastik (HS 39) US$1,71 miliar.
Keempat disokong oleh impor Kendaraan Bermotor dan Bagiannya diangka US$1,69 miliar dan terakhir Besi dan Baja diangka US$1,56 miliar.
Namun jika dilihat secara bulanan, 5 negara asal impor nonmigas RI, Amerika Serikat diurutan kelima atau buncit hanya diangka US$0,78 miliar pada Februari 2025. Sedangkan urutan pertama hingga keempat masing-masing diduduki oleh RRT US$6,05 miliar, Jepang US$1,26 miliar, Thailand US$0,87 dan Australia US$082 miliar.
Bagikan
Makroekonomi
6 hari yang lalu