Isu Ijazah Jokowi Kembali Mencuat, Begini Sejarah Berdirinya UGM

17 April, 2025 02:01 WIB

Penulis:Distika Safara Setianda

Editor:Ananda Astridianka

9333--730x420px.jpg
UGM

JAKARTA – Isu terkait ijazah milik mantan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) kembali mencuat dan menarik perhatian masyarakat. Meski Universitas Gadjah Mada (UGM) menyatakan ijazah tersebut asli, perbincangan seputar ijazah tersebut terus menyebar di media sosial.

Bahkan, beberapa tokoh seperti Amien Rais dan Roy Suryo turut mendatangi UGM untuk mempertanyakan keaslian ijazah Jokowi. Selain itu, tim pengacara yang tergabung dalam Tolak Ijazah Palsu Usaha Gakpunya Malu (TIPU UGM) resmi mengajukan gugatan perbuatan melawan hukum (PMH) ke Pengadilan Negeri Kota Surakarta pada Senin, 14 April 2025.

Saat ratusan orang menggeruduk kampus untuk mempertanyakan keaslian ijazah Jokowi, UGM memaparkan bukti berupa catatan lengkap perjalanan akademik mantan Jokowi, dari awal perkuliahan hingga lulus dari Fakultas Kehutanan.

“Jadi, kami tadi sampaikan dalam kapasitas kami, UGM memberikan informasi bahwa Jokowi itu tercatat dari awal sampai akhir melakukan Tridharma Perguruan Tinggi di komunitas Gadjah Mada. Dan kami memiliki bukti-bukti, surat-surat, dokumen-dokumen yang ada di Fakultas Kehutanan,” kata Wening Udasmoro, wakil rektor I UGM di Gedung Pusat, Selasa, 15 April 2025.

UGM menegaskan, Jokowi merupakan lulusan dari Fakultas Kehutanan UGM. Ia menempuh pendidikan sejak tahun 1980 dengan nomor induk mahasiswa 80/34416/KT/1681 dan resmi diwisuda pada 5 November 1985.

Dekan Fakultas Kehutanan UGM Sigit Sunarta mengatakan pihaknya memiliki dokumentasi lengkap terkait riwayat perkuliahan Jokowi di UGM. Namun, ia mengatakan ijazah asli telah diserahkan kepada yang bersangkutan.

 “Kami hanya memegang kopiannya saja. Kalau skripsi asli karena dalam proses pembuatan skripsi itu ada skripsi yang dikopi menjadi beberapa eksemplar yang ditinggal kami ada beberapa, kemudian yang dibawa mahasiswa sudah ada,” ungkapnya.

Sebelum gugatan dilayangkan TPUA, isu ijazah palsu milik Jokowi sebenarnya telah beberapa kali dibawa ke meja hijau. Ada tiga gugatan, dan semuanya dimenangkan oleh pihak Jokowi.

Kuraguan terkait keaslian Jokowi mencuat setelah mantan dosen Universitas Mataram Rismon Hasiholan Sianipar, meragukan keaslian ijazah dan skripsi milik Presiden Jokowi sebagai lulusan UGM. Alasannya, lembar pengesahan dan sampul skripsi menggunakan font Times New Roman, yang menurutnya belum ada di era 1980-an hingga 1990-an.

Pernyataan sepihak tersebut menimbulkan polemik dan perdebatan di kalangan warganet. Sebagian meragukan klaim tersebut, namun ada pula yang mempercayainya karena disampaikan dalam bentuk analisis yang disebut sebagai forensik digital.

Sejarah Berdirinya Universitas Gadjah Mada (UGM)

Universitas Gadjah Mada (UGM) adalah salah satu perguruan tinggi ternama yang didirikan pada tahun 1949. Bberdirinya UGM menjadi peristiwa bersejarah yang pernah terjadi di Yogyakarta, sehingga peristiwa tersebut diabadikan dalam diorama dua.

Dilansir dari vredeburg.id, selain miniatur sejarah berdirinya UGM, di diorama juga memuat sejumlah peninggalan Prof. Dr. M. Sardjito, M.D., M.P.H., seorang dokter yang menjabat sebagai Guru Besar di Fakultas Kedokteran UGM.

Menurut sejarah, UGM didirikan ketika Belanda berupaya kembali menguasai Indonesia setelah Jepang mundur dan mengalami kekalahan. Awalnya, UGM merupakan hasil penggabungan beberapa sekolah tinggi, salah satunya adalah Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada.

Pada 24 Januari 1946, di Gedung S.M.T. Kotabaru, para tokoh mengadakan pertemuan untuk membahas kemungkinan berdirinya balai perguruan tinggi (universitas swasta) di Yogyakarta.

Kemudian, pada 3 Maret 1946, dilangsungkan pertemuan resmi di Gedung K.N.I. Malioboro untuk mengumumkan berdirinya Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada yang saat itu memiliki fakultas hukum dan fakultas kesusasteraan.

Dilansir dari ugm.ac.id, berdiri dengan nama “Universitas Negeri Gadjah Mada,” perguruan tinggi ini merupakan hasil penyatuan dari sejumlah sekolah tinggi yang telah lebih dulu didirikan.

Beberapa di antaranya adalah Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada, Sekolah Tinggi Teknik, dan Akademi Ilmu Politik yang berada di Yogyakarta, Balai Pendidikan Ahli Hukum di Solo, serta Perguruan Tinggi Kedokteran Bagian Praklinis yang berlokasi di Klaten.

Penggabungan tersebut disahkan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1949 mengenai Peraturan Penggabungan Perguruan Tinggi menjadi Universitas.

Adapun hari jadi UGM diperingati setiap tanggal 19 Desember, yang memiliki keterkaitan erat dengan momen bersejarah bagi bangsa Indonesia. Dulu, UGM hanya memiliki enam fakultas, dan kegiatan perkuliahan dilaksanakan di Sitinggil dan Pagelaran dengan memanfaatkan ruangan serta fasilitas milik Keraton Yogyakarta.

Penamaan ‘Gadjah Mada’ dipilih karena memiliki makna mendalam, mencerminkan semangat dan keteladanan Mahapatih Gadjah Mada dalam menyatukan nusantara. Nama tersebut kemudian menjadi bagian dari filosofi universitas yang menjunjung tinggi nilai-nilai nasionalisme, Pancasila, perjuangan, berbudaya, dan merakyat.

Dilansir dari ugm.ac.id, pada masa awal berdirinya, UGM memiliki enam fakultas, yaitu Fakultas Kedokteran, Hukum, Teknik, Sastra dan Filsafat, Pertanian, serta Kedokteran Hewan. Saat itu, proses perkuliahan berlangsung di kawasan Sitinggil dan Pagelaran, dengan memanfaatkan ruangan dan fasilitas yang berada di lingkungan Kraton Yogyakarta.

Pembangunan fisik kampus di kawasan Bulaksumur baru dimulai pada tahun 1951. Memasuki dekade 1960-an, UGM telah dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung, seperti rumah sakit, pemancar radio, dan sarana lainnya yang menunjang kegiatan akademik sekaligus melayani kebutuhan masyarakat.

Kini, UGM telah berkembang dengan memiliki 18 fakultas, satu Sekolah Pascasarjana, dan satu Sekolah Vokasi yang menaungi puluhan program studi.

UGM menaungi lebih dari 270 program studi yang tersebar di 18 fakultas dan 2 sekolah. Seluruh program studi tersebut telah memperoleh akreditasi secara nasional, dan beberapa di antaranya juga telah mendapatkan pengakuan dari lembaga akreditasi internasional.

UGM menyelenggarakan berbagai program pendidikan yang mencakup program sarjana, pascasarjana, profesi, spesialis, hingga diploma. Selain itu, sejumlah fakultas juga menyelenggarakan program internasional, baik untuk program sarjana maupun pascasarjana.