Bagikan:
Bagikan:
JAKARTA - PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) menunjukkan keseriusannya dalam menjaga kepercayaan pasar dan pemegang saham. Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang digelar pada 26 Maret 2025, perseroan mengumumkan perombakan jajaran direksi, kebijakan dividen yang atraktif, serta rencana pembelian kembali saham (buyback) sebagai respons terhadap tekanan pasar.
Pemegang saham menyetujui pergantian Direktur Utama dari Royke Tumilaar kepada Putrama Wahju Setyawan, yang sebelumnya menjabat sebagai Wakil Direktur Utama. Selain itu, Alexandra Askandar, yang baru diberhentikan dari posisi Wakil Direktur Utama di Bank Mandiri, ditunjuk untuk mengisi posisi yang sama di BBNI. Seluruh perubahan ini masih menunggu proses uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper test) dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Langkah ini disambut positif oleh pelaku pasar. RHB Sekuritas menilai bahwa penunjukan tokoh-tokoh yang sudah dikenal dan berpengalaman di industri perbankan nasional akan memperkuat stabilitas kepemimpinan di tubuh BBNI. “Kami yakin para investor akan percaya bahwa bank ini akan dipimpin oleh tokoh-tokoh yang sudah dikenal,” tulis RHB dalam riset tertanggal 27 Maret 2025.
Dari sisi kinerja keuangan, BBNI mencatat hasil yang impresif. Perseroan membagikan dividen sebesar Rp13,95 triliun atau setara 65% dari laba bersih tahun buku 2024. Nilai tersebut setara Rp374 per saham, meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya Rp280,49 per saham dengan payout ratio 50%.
Dengan asumsi harga saham BBNI di level Rp4.250, dividend yield-nya mencapai sekitar 8,8%. Angka ini menjadikan BBNI salah satu emiten dengan yield tertinggi di sektor perbankan nasional.
Secara umum, kinerja BBNI sepanjang 2024 mencerminkan pertumbuhan yang stabil. Laba bersih tercatat sebesar Rp21,5 triliun, naik 2,7% dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini didukung oleh pendapatan bunga bersih sebesar Rp40,48 triliun dan pendapatan non-bunga yang meningkat 11,9% secara tahunan menjadi Rp24,04 triliun.
Dari sisi intermediasi, kredit yang disalurkan tumbuh 11,6% year-on-year (YoY) menjadi Rp775,87 triliun. Dana Pihak Ketiga (DPK) juga meningkat menjadi Rp805,5 triliun, dengan porsi tabungan naik 11% menjadi Rp258 triliun.
Selain dividen, RUPST juga menyetujui rencana buyback saham senilai maksimal Rp1,5 triliun atau setara 10% dari modal disetor. Menurut Corporate Secretary BBNI, Okki Rushartomo, aksi ini dilakukan karena harga saham dinilai undervalued akibat tekanan pasar sejak akhir 2024.
Faktor-faktor eksternal yang memengaruhi antara lain sentimen negatif pasca pemilu AS, ketidakpastian geopolitik, pelemahan nilai tukar rupiah, serta keputusan The Fed yang menurunkan suku bunga secara lebih hati-hati dibanding ekspektasi pasar.
Aksi ini akan dilakukan dalam jangka waktu maksimal 12 bulan setelah memperoleh persetujuan RUPS, sesuai ketentuan regulator. “Buyback ini diharapkan dapat menstabilkan harga saham dan meningkatkan kepercayaan investor terhadap kinerja fundamental perusahaan,” ujar Okki beberapa waktu lalu.
Dengan kombinasi kepemimpinan baru, pembagian dividen tinggi, dan rencana buyback, BBNI menegaskan komitmennya untuk menjaga nilai perusahaan dan memperkuat hubungan dengan investor di tengah dinamika pasar.
RHB Sekuritas mempertahankan rekomendasi buy untuk saham BBNI, dengan target harga baru Rp5.200 per saham, naik dari sebelumnya Rp5.120. Target ini mencerminkan potensi upside sebesar 22% dari harga saham penutupan perseroan kemarin.