logo
Ikuti Kami di:

Saham Konglomerat Seret IHSG ke Masa Covid-19 Varian Delta

Saham Konglomerat Seret IHSG ke Masa Covid-19 Varian Delta
Layar menampilkan pergerakan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis 12 Januari 2023. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
Alvin Pasza Bagaskara18 Maret, 2025 12:00 WIB

JAKARTA – Saham sejumlah konglomerat, termasuk Barito Grup dan Sinarmas Grup, melemah pada Selasa, 18 Maret 2025. Kondisi ini menyeret Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ke level yang setara dengan masa pandemi Covid-19 varian Delta pada 2021.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, sektor teknologi mencatatkan koreksi terdalam sebesar 10,56%. Pelemahan ini didorong oleh saham afiliasi Anthony Salim, PT DCI Indonesia Tbk (DCII), yang kembali mengalami Auto Rejection Bawah (ARB) 20% ke level Rp115.800 per saham dalam perdagangan hari ini.

Selain itu, sektor industri dasar juga melemah 4,27%, dipicu oleh anjloknya saham milik konglomerat Prajogo Pangestu, PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA), sebesar 16,92% ke level Rp5.525 per saham. Koreksi ini memberikan dampak signifikan terhadap pergerakan IHSG.

Tak hanya TPIA, emiten afiliasi Prajogo lainnya, yakni PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) dan PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN), masing-masing melemah 14,06% ke level Rp4.900 per saham dan 15,64% ke level Rp5.800 per saham.

Sementara itu, emiten lain milik Prajogo juga mengalami tekanan besar. PT Petrosea Tbk (PTRO) terkoreksi 15,02% ke level Rp2.320 per saham, sementara holding Grup Barito, PT Barito Pacific Tbk (BRPT), melemah 10,97%.

Di sisi lain, saham milik Boy Thohir dan Grup Saratoga juga kompak melemah. PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO) turun 3,58% ke level Rp1.750 per saham, sedangkan PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) turun 2,26% ke level Rp865 per saham.

Sektor tambang juga tidak luput dari tekanan. Saham PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) terkoreksi 2,43% ke level Rp1.405 per saham, sedangkan PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) turun 6,21% ke level Rp302 per saham.

Saham emiten Grup Agung Sedayu milik konglomerat Sugianto Kusuma alias Aguan juga tertekan. PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI) anjlok 15,72% ke level Rp8.575 per saham, sementara anak usahanya, PT Bangun Kosambi Sukses Tbk (CBDK), yang baru IPO awal tahun ini, turun 14,86% ke level Rp4.900 per saham.

Tidak ketinggalan, perusahaan afiliasi Grup Sinarmas turut mengalami koreksi. PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) melemah 4,48% ke level Rp40.500 per saham. Selain itu, saham PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM) dan PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) masing-masing turun 2,48% dan 3,88%.

Kembali ke Covid-19

Alhasil, hingga pukul 11.13 WIB, atau setengah jam sebelum perdagangan sesi pertama ditutup, IHSG terpantau melemah 4,09% ke level 6.201. Terakhir kali IHSG berada di level ini adalah saat pandemi Covid-19 varian Delta berlangsung pada 2021.

Bahkan, posisi IHSG saat ini lebih buruk dibandingkan periode pandemi varian Delta. Sebagai perbandingan, pada 8 Oktober 2021, IHSG berada di level 6.481,76 sebelum terus menguat hingga menembus rekor tertinggi sepanjang masa pada 22 Maret 2022 di level 7.000,82.

Dari sisi sentimen, keluarnya dana asing dari pasar saham Indonesia masih menjadi faktor utama yang membebani IHSG. Kemarin, dana asing yang keluar mencapai Rp886,07 miliar. Sejak awal 2025, total arus keluar dana asing telah mencapai Rp26,92 triliun.

Angka ini bahkan melampaui transaksi harian saat pandemi Covid-19 melanda. Sebagai perbandingan, pada 10 Maret 2020, dana asing yang keluar dari BEI hanya Rp857,48 miliar. Akibatnya, IHSG telah anjlok 8,59% sepanjang 2025 ini.

Berbagai tekanan tersebut membuat IHSG masih menjadi indeks saham terburuk kedua di Asia, bahkan dunia. Saat ini, IHSG hanya sedikit lebih baik dari bursa Thailand, yang telah jatuh 16,43% sejak awal 2025.

Proyeksi Analis IHSG

Equity Research Analyst Phintraco Sekuritas, Alrich Paskalis Tambolang, mengatakan bahwa pasar domestik sedang mencermati realisasi perdagangan Indonesia pada Februari 2025, di mana nilai ekspor lebih tinggi dibandingkan impor.

“Tercatat, surplus neraca perdagangan mencapai US$3,12 miliar, lebih tinggi dari ekspektasi yang berada di US$2,45 miliar,” katanya pada Selasa, 17 Maret 2025.

Sementara itu, dari Amerika Serikat, pasar mengantisipasi rilis data perumahan Februari 2025 yang dijadwalkan keluar pada Selasa, 18 Maret 2025, dan diperkirakan meningkat. Hal ini mengindikasikan adanya peningkatan permintaan di sektor properti Amerika.

Alrich menambahkan bahwa secara teknis, breaklow level IHSG di batas psikologis 6.500, disertai dengan indikator stochastic RSI yang membentuk death cross di area overbought, membuka peluang pelemahan lebih lanjut.

“IHSG berpotensi melanjutkan koreksi menuju level support 6.400 pada perdagangan Selasa, 18 Maret 2025,” jelasnya. 

Sementara itu, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, menambahkan bahwa jika IHSG jatuh ke bawah 6.246, indeks akan bergerak ke posisi 6.170 sebelum masuk ke level 6.000.