logo
Ikuti Kami di:

Saham BBRI Diburu Investor Asing di Saat Big Banks Lain Dilepas, Apa yang Terjadi?

Saham BBRI Diburu Investor Asing di Saat Big Banks Lain Dilepas, Apa yang Terjadi?
Gedung Bank Rakyat Indonesia (BRI) di kawasan Sudirman, Jakarta. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
Alvin Pasza Bagaskara18 Maret, 2025 08:29 WIB

JAKARTA – Saham emiten perbankan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) berhasil tampil memukau pada perdagangan Senin, 17 Maret 2025. Kondisi ini berbanding terbalik dengan saham big lain yang tengah dirundung aksi jual besar-besar investor asing. 

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, saham BBRI melesat 2,13% ke level Rp3.830 per saham. Penguatan ini didorong oleh aksi beli bersih investor asing (net buy) sebesar Rp365 miliar, sementara aksi jual bersih (net sell) mencapai Rp356 miliar, sehingga akumulasi net buy tercatat Rp9,54 miliar.

Dari sisi broker, JP Morgan Sekuritas yang menggunakan kode broker BK menjadi yang teraktif memborong saham BBRI dengan nilai akumulasi sebesar Rp112,2 miliar. Ini disusul oleh OCBC Sekuritas dan UBS Sekuritas yang masing-masing mencatatkan net buy Rp21,1 miliar da Rp18,5 miliar. 

Di sisi lain, tekanan jual terbesar di pasar reguler justru melanda saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), dengan net sell mencapai Rp611 miliar. Investor asing juga melakukan aksi jual pada saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), dengan net sell masing-masing sebesar Rp304 miliar dan Rp143,9 miliar.

Tren berlawanan antara BBRI dan saham big banks lainnya mencerminkan selektivitas investor dalam merespons dinamika pasar, terutama di tengah volatilitas yang masih tinggi. Kondisi ini pun menyeret Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ditutup di zona merah. 

Equity Research Analyst Phintraco Sekuritas, Alrich Paskalis Tambolang, mengatakan bahwa pasar domestik sedang mencermati realisasi perdagangan Indonesia pada Februari 2025, di mana nilai ekspor lebih tinggi dibandingkan impor. “Tercatat, surplus neraca perdagangan mencapai US$3,12 miliar, lebih tinggi dari ekspektasi yang berada di US$2,45 miliar,” katanya pada Senin, 17 Marer 2025. 

Sementara itu, dari Amerika Serikat, pasar mengantisipasi rilis data perumahan Februari 2025 yang dijadwalkan keluar pada Selasa, 18 Maret 2025, dan diperkirakan meningkat. Hal ini mengindikasikan adanya peningkatan permintaan di sektor properti Amerika.

Alrich menambahkan, secara teknis, breaklow level IHSG di batas psikologis 6.500, disertai dengan indikator stochastic RSI yang membentuk death cross di area overbought, membuka peluang pelemahan lebih lanjut. “IHSG berpotensi melanjutkan koreksi menuju level support 6.400 pada perdagangan Selasa, 18 Maret 2025,” bebernya. 

Dividen Jumbo

Khusus untuk BBRI, emiten ini dijadwalkan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada Senin, 24 Maret 2025. Investor menantikan kepastian besaran dividen tunai 2024. RUPST akan diselenggarakan secara daring dan luring di Menara BRILiaN, Jakarta Selatan, mulai pukul 14.00 WIB.

Direktur Utama BRI Sunarso memastikan rasio pembagian dividen (dividend payout ratio) tidak akan lebih kecil dari tahun sebelumnya. “Dividend payout ratio tidak kurang dari tahun lalu, sekitar 80% hingga 85%,” ujarnya dalam paparan kinerja keuangan BRI 2024, Rabu, 12 Februari 2025.

Dalam bahan mata acara RUPST, manajemen BRI menyatakan akan membagikan dividen minimal 85% dari laba bersih Rp60,15 triliun sepanjang 2024. Sebelumnya, perseroan telah membagikan dividen interim Rp135 per saham atau Rp20,33 triliun pada 15 Januari 2025, yang akan diperhitungkan dalam dividen final.

Sisa laba bersih tahun buku 2024 akan dialokasikan sebagai saldo laba ditahan. Berdasarkan catatan TrenAsia, BRI sebelumnya membagikan dividen tunai Rp48,1 triliun atau 80% dari laba bersih 2023, terdiri atas dividen final Rp35,43 triliun dan dividen interim Rp12,67 triliun.

Pada tahun buku 2022, rasio dividen BRI lebih tinggi, yakni 85% dari laba bersih, dengan jumlah dividen sebesar Rp43,5 triliun atau Rp288 per saham. Angka ini lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya, mencerminkan komitmen BRI dalam memberikan imbal hasil bagi investor.

Sementara itu, pada tahun buku 2021, BRI membagikan dividen Rp174,23 per saham atau Rp26,4 triliun, setara 85% dari laba bersih. Untuk tahun buku 2020, dividen tunai yang dibagikan sebesar Rp98,9 per saham atau Rp12,12 triliun, setara 65% dari laba bersih.

Berdasarkan berbagai faktor pertimbangan tersebut, tidak mengherankan jika beberapa investor mulai mencuri start dengan membeli saham BBRI lebih awal, mengingat potensi dividen yang jumbo dan daya tariknya sebagai salah satu emiten perbankan terbesar di Indonesia.