Bagikan:
Bagikan:
JAKARTA – Saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) menguat setelah perseroan mengumumkan peningkatan rasio dividen tahun buku 2024 menjadi 65% dari laba bersih. Kenaikan rasio ini mendapat respons positif dari pasar, mencerminkan optimisme investor terhadap kebijakan perusahaan.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, hingga pukul 14.24 WIB pada perdagangan Kamis, 26 Maret 2025, saham BBNI melonjak 9,23% ke level Rp4.260 per saham. Selama periode tersebut, saham ini telah ditransaksikan sebanyak 1,84 juta lot dengan total nilai transaksi mencapai Rp768 miliar.
Kenaikan harga saham BBNI menjadi sinyal positif bagi investor, terutama karena sepanjang tahun ini saham tersebut mengalami tekanan. Hal ini terlihat dari rekomendasi 35 analis yang tercatat di Bloomberg, di mana mayoritas (29 analis) merekomendasikan beli. Rata-rata target harga yang diproyeksikan mencapai Rp6.800 per saham, mencerminkan prospek gemilang.
Sementara itu, tidak ada analis yang merekomendasikan jual, dan hanya enam analis yang memberikan rekomendasi hold. Dengan demikian, saham BBNI masih memiliki potensi kenaikan sekitar 59,62% dari level saat ini.
Dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan pada pagi tadi, manajemen BBNI menyetujui pembagian dividen sebesar Rp13,95 triliun. Jumlah ini setara dengan payout ratio 65% dari laba bersih tahun buku 2024.
Dividen ini lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya, yang hanya Rp280,49 per saham dengan payout ratio 50%. Dengan nilai dividen Rp374 per saham dan asumsi harga saham BBNI di Rp4.250, yield dividen BBNI mencapai sekitar 8,8%, menjadikannya salah satu yang tertinggi di sektor perbankan.
Sepanjang 2024, BBNI mencatat laba bersih sebesar Rp21,5 triliun, naik 2,7% dari tahun sebelumnya. Kinerja ini didorong oleh pendapatan bunga bersih sebesar Rp40,48 triliun serta pendapatan non-bunga yang tumbuh 11,9% YoY menjadi Rp24,04 triliun, mencerminkan pertumbuhan yang stabil.
BBNI juga mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar 11,6% secara tahunan menjadi Rp775,87 triliun dari sebelumnya Rp695,09 triliun. Sementara itu, total Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun mencapai Rp805,5 triliun, dengan tabungan meningkat 11% YoY menjadi Rp258 triliun sepanjang 2024.
Selain dividen, RUPS juga menyetujui rencana buyback saham senilai maksimal Rp1,5 triliun atau 10% dari modal disetor. Menurut Corporate Secretary BBNI, Okki Rushartomo, buyback dilakukan karena harga saham saat ini dinilai undervalued akibat tekanan sejak akhir 2024 yang berdampak pada pergerakan saham.
Beberapa faktor utama yang menekan saham BBNI antara lain sentimen negatif pasca pemilu AS November 2024, yang mempengaruhi IHSG. Selain itu, ketidakstabilan geopolitik, depresiasi rupiah, serta keputusan The Fed yang memangkas suku bunga lebih kecil dari perkiraan turut memicu pelemahan saham.
BBNI berharap langkah buyback dapat menstabilkan harga saham dan meningkatkan kepercayaan investor terhadap kinerja perusahaan. Pelaksanaan buyback akan dilakukan dalam periode maksimal 12 bulan setelah mendapat persetujuan dari RUPS, sesuai dengan ketentuan yang berlaku.