Bagikan:
Kantor PT Timah di kawasan Gambir Jakarta Pusat. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
undefinedBagikan:
JAKARTA - PT Timah Tbk (TINS) mencetak comeback spektakuler sepanjang tahun 2024. Perusahaan pertambangan pelat merah ini berhasil membalikkan kerugian sebesar Rp449,67 miliar pada 2023 menjadi laba bersih sebesar Rp1,19 triliun pada 2024.
Transformasi luar biasa ini bukanlah hasil kebetulan. Di balik lonjakan laba tersebut, TINS menjalankan serangkaian strategi pemulihan yang agresif dan terukur, mulai dari efisiensi biaya, ekspansi operasional, hingga penguatan struktur keuangan.
Dari sisi pendapatan, emiten berkodekan saham TINS, sukes mencatat pertumbuhan sebesar 29,37% menjadi Rp10,86 triliun. Raihan ini terjadi seiring dengan meningkatnya produksi serta membaiknya harga jual logam timah di pasar global.
Dalam keterangannya di Bursa Efek Indonesia (BEI), lonjakan pendapatan tersebut selaras dengan peningkatan kinerja operasional. Sepanjang 2024, produksi bijih timah mencapai 19.437 ton Sn, meningkat 31% dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 14.855 ton Sn.
Kenaikan ini didorong oleh bertambahnya unit tambang darat, meningkatnya produktivitas tambang laut, serta optimalisasi arah penggalian melalui metode bor pandu di blok-blok kerja strategis. Langkah-langkah ini tidak hanya menambah volume produksi, tetapi juga mempercepat efisiensi operasional di lapangan.
Tak berhenti di situ, produksi logam timah TINS turut naik 23% menjadi 18.915 metrik ton, dari 15.340 metrik ton pada 2023. Penjualan logam timah pun tumbuh 22% menjadi 17.507 ton, mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menyerap pasar secara lebih luas dan efektif.
Faktor lain yang memperkuat kinerja keuangan TINS adalah kenaikan rata-rata harga jual logam timah di pasar global, yakni sebesar 17% menjadi US$31.181 per metrik ton, dari sebelumnya US$26.583 per metrik ton.
Dari sisi distribusi pasar, ekspor masih menjadi tulang punggung penjualan perusahaan. Sebanyak 88% penjualan logam timah dialirkan ke pasar internasional, sementara sisanya sebesar 12% diserap pasar domestik. Enam negara tujuan ekspor utama antara lain Korea Selatan (19%), Singapura (18%), Jepang (15%), Belanda (12%), India (10%), dan Tiongkok (7%).
“Di tengah ketidakpastian ekonomi global dan fluktuasi pasokan logam timah, kami berhasil mencatatkan kinerja yang luar biasa. Laba bersih Rp1,19 triliun ini merupakan hasil dari optimalisasi menyeluruh di sisi produksi, pemasaran, dan pengelolaan keuangan,” ujar Fina Eliani, Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko TINS pada Selasa, 8 April 2025.
Fina juga menjelaskan bahwa TINS berhasil menurunkan beban utang berbunga (interest bearing debt) serta menekan fixed cost melalui strategi investasi yang selektif. Fokus investasi diarahkan pada kegiatan penunjang operasional demi memitigasi kenaikan beban depresiasi dan menjaga arus kas tetap sehat.
Kondisi keuangan yang semakin solid tercermin dalam sejumlah rasio keuangan utama. Quick ratio tercatat sebesar 73,2%, current ratio mencapai 222,0%, debt to asset ratio berada di level 41,8%, dan debt to equity ratio sebesar 71,8%.
Strategi efisiensi ini juga diperkuat oleh aksi korporasi penting seperti pembelian kembali Medium Term Notes (MTN) senilai Rp391,25 miliar, yang turut memperkuat posisi keuangan perusahaan serta mengurangi tekanan beban bunga.
Sementara itu, dari lantai pada perdagangan berjalan hari ini Rabu, 9 April 2025, saham TINS bergerak melesat 3,57% ke level Rp870 per saham. Namun demikian, secara year to date, saham ini terpantau masih melemah 19,82%.