Bagikan:
Bagikan:
JAKARTA – Indonesia disebut-sebut tengah berada di ambang peluang besar untuk menjadi bagian dari rantai pasok global produk Apple, khususnya iPhone.
Peluang ini muncul di tengah langkah Apple untuk mendiversifikasi lokasi produksinya dari China ke negara-negara Asia lain seperti India dan Vietnam, menyusul tensi geopolitik dan kebijakan tarif tinggi yang diberlakukan oleh Amerika Serikat.
Menurut laporan Financial Times dan Reuters, Apple berencana memperluas produksi ke Asia Tenggara dengan target mendirikan fasilitas produksi dan perakitan di Indonesia. Beberapa sumber menyebutkan bahwa Batam dan Bandung menjadi lokasi strategis yang dikaji untuk fasilitas produksi dan pengembangan komponen AirTag—salah satu aksesoris andalan Apple.
Melansir the Guardians, Apple Inc. tengah menjalankan strategi agresif untuk menghindari dampak tarif tinggi yang diberlakukan oleh Presiden Donald Trump terhadap produk impor dari China.
Sejak Maret 2025, perusahaan teknologi ini dilaporkan telah menerbangkan sekitar 600 ton iPhone, atau setara 1,5 juta unit perangkat, dari pabrik-pabrik produksinya di India menuju Amerika Serikat.
Apple selama ini menggantungkan hampir seluruh produksi iPhone-nya kepada China melalui mitra manufakturnya seperti Foxconn. Namun sejak perang dagang antara AS dan China memanas, Apple mulai mengalihkan sebagian proses manufakturnya ke India dan Vietnam.
Langkah ini merupakan respons terhadap ancaman tarif sebesar 145% terhadap barang-barang asal Tiongkok yang masih menjadi basis utama perakitan iPhone global.
Sumber internal menyebut bahwa langkah ini diambil untuk "mengalahkan tarif", terutama dengan adanya masa tenggang selama 90 hari atas tarif India yang lebih ringan, yakni hanya 10%. Meskipun India tidak sepenuhnya bebas dari beban pajak ekspor ke AS, tarif tersebut dianggap lebih ringan dan dapat ditekan melalui efisiensi operasional yang meningkat.
Apple telah menetapkan target peningkatan produksi sebesar 20% di fasilitas manufaktur India, khususnya di pabrik milik Foxconn di Chennai, yang merupakan fasilitas produksi iPhone terbesar di negara tersebut. Pabrik ini telah memproduksi 20 juta unit iPhone sepanjang tahun lalu, termasuk model iPhone 15 dan iPhone 16 terbaru.
Untuk mencapai target tersebut, Apple menambah jumlah tenaga kerja dan memperpanjang jam operasional, termasuk menjalankan produksi di hari Minggu. Selain Foxconn, dua fasilitas manufaktur lainnya yang dioperasikan oleh Tata dan Foxconn turut memperkuat rantai pasokan Apple di India.
Kabar terkahir investasi Apple di Indonesia disampikan oleh Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, Apple Inc telah sepakat menanamkan investasi baru di Indonesia senilai US$160 juta atau sekitar Rp2,6 triliun (kurs Rp 16.370 per dolar AS).
Menurut Agus, komitmen investasi ini berlaku untuk periode 2026-2028. Ia menjelaskan, investasi Apple di Indonesia biasanya dilakukan dalam siklus tiga tahun. Sebelumnya, investasi berlangsung dalam periode 2017-2020, 2020-2023, dan periode saat ini.
"Dalam siklus baru ini, kami sepakat investasi inovasi Apple yang mengikuti skema 3, itu akan senilai 160 juta dollar AS. 160 juta dollar AS ini bentuknya hard cash (tunai)," ujar Agus dalam konferensi pers di Kantor Kemenperin, Jakarta, Rabu, 26 Februari 2025.
Ia menambahkan, nilai investasi ini mencakup berbagai kegiatan yang sebelumnya belum ada di Indonesia dan akan memberikan nilai tambah, baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Investasi Apple meliputi kelanjutan Apple Academy di Indonesia, pendirian Apple Software Indonesia and Technology Institute, serta Apple Professional Developer Academy. Agus menyebut angka US$160 juta ini merupakan komitmen investasi minimal yang disepakati.