logo
Ikuti Kami di:

Peneliti Ungkap Dampak Jika Sering Melewatkan Sarapan

Peneliti Ungkap Dampak Jika Sering Melewatkan Sarapan
Ilustrasi menu sarapan.
Distika Safara Setianda15 Maret, 2025 16:16 WIB

JAKARTA - Meskipun sarapan umumnya dianggap sebagai waktu makan terpenting dalam sehari, banyak orang yang melewatkannya. Menurut survei nasional di Amerika, sekitar seperempat orang dewasa melewatkan sarapan.

Selama bertahun-tahun, sarapan dianggap sebagai makanan terpenting dalam sehari, tetapi tidak semua orang setuju dengan anggapan ini. Faktanya, data pemerintah menunjukkan bahwa sekitar 15% orang dewasa di Amerika secara rutin melewatkan sarapan.

Berencana melewatkan sarapan? Pikirkan lagi. Para ilmuwan telah menjelaskan alasan mengapa sebaiknya tidak melewatkan makanan pertama di pagi hari.

Dilansir dari Tyla, sarapan sering disebut sebagai makanan terpenting dalam sehari karena berbagai alasan kesehatan. Namun, para ahli menekankan bahwa pilihan terbaik adalah memperhatikan pola makan secara keseluruhan sepanjang hari.

Setelah berpuasa semalaman saat tidur, makanan pertama di pagi hari dapat membantu meningkatkan kewaspadaan dan energi dengan mengembalikan kadar glukosa dalam tubuh.

Namun, banyak dari kita memiliki kesibukan dengan pekerjaan, pendidikan, tanggung jawab keluarga, serta perjalanan, sehingga mudah untuk melewatkan sarapan.

Sebuah studi terbaru mengungkap orang yang melewatkan sarapan lebih berisiko mengalami penumpukan plak berbahaya di arteri, yang dapat meningkatkan kemungkinan terkena penyakit kardiovaskular.

Sebuah penelitian di Spanyol yang meneliti peran sarapan dalam kesehatan harian menemukan bahwa melewatkan sarapan adalah ide yang buruk.

Penelitian ini diterbitkan dalam The Journal of Nutrition, Health and Aging dan melibatkan perbandingan pola makan serta indikator kesehatan dari 383 orang dewasa berusia 55-75 tahun di sebuah rumah sakit di Barcelona.

Seluruh peserta dalam penelitian ini mengalami kelebihan berat badan dan memiliki sindrom metabolik, yaitu kumpulan kondisi yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, serta diabetes tipe 2.

Untuk membantu menurunkan berat badan, mereka menjalani pola makan Mediterania yang kaya akan sayuran dan biji-bijian utuh. Para ilmuwan melacak asupan kalori peserta saat sarapan di awal penelitian, setelah dua tahun, dan sekali lagi pada akhir penelitian setelah tiga tahun.

Hasilnya menunjukkan bahwa peserta yang mengonsumsi sarapan dalam jumlah terlalu sedikit atau berlebihan memiliki indeks massa tubuh (BMI) 2 hingga 3,5% lebih tinggi dibandingkan mereka yang makan porsi ideal.

Tes darah juga menunjukkan bahwa peserta yang mengonsumsi sarapan dalam jumlah terlalu sedikit maupun berlebihan memiliki kadar lemak dalam darah yang lebih tinggi, yang dianggap sebagai faktor risiko penyakit jantung.

Para ilmuwan menyimpulkan mereka yang rutin sarapan cenderung merasa kenyang lebih lama sepanjang hari, sehingga lebih sedikit mengonsumsi camilan dan secara keseluruhan mengonsumsi lebih sedikit kalori.

Profesor Álvaro Hernáez, salah satu penulis studi ini, menyatakan, “Sarapan memang merupakan makanan terpenting dalam sehari, tetapi jenis dan cara mengonsumsinya juga berperan penting.”

Mengonsumsi sarapan dalam jumlah yang tepat—tidak terlalu banyak maupun terlalu sedikit—dan memastikan kandungan nutrisinya seimbang sangatlah penting.

Profesor Hernáez menekankan, kualitas sarapan berpengaruh terhadap faktor risiko kardiovaskular. Ia menyatakan bahwa sarapan tidak hanya perlu dilakukan secara rutin, tetapi juga harus memiliki kualitas gizi yang baik.

Asupan kalori harian yang disarankan untuk rata-rata orang adalah 2.500 kalori untuk pria dan 2.000 kalori untuk wanita. Dengan demikian, jumlah kalori ideal untuk sarapan berkisar antara 500-750 kalori bagi pria dan 400-600 kalori bagi wanita.