Bagikan:
Nampak antrian pembelian logam mulia ANTAM di sebuah pusat perbelanjaan kawasan Tangerang Selatan, Sabtu 19 Juni 2021. Anjloknya harga emas selama sepekan membuat masyarakat berlomba untuk membeli. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
undefinedBagikan:
JAKARTA - Pendapatan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) melonjak tajam pada tahun buku 2024, ditopang oleh kontribusi signifikan dari segmen emas. Di tengah tekanan industri dan ketidakpastian ekonomi global, perseroan mencetak pendapatan tertinggi sepanjang sejarah sebesar Rp69,19 triliun, naik 42% dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp48,81 triliun.
Alhasil, laba tahun berjalan emiten pertambangan plat merah ini berada di angka Rp3,85 triliun. Raihan ini bertumbuh 25% secara tahunan dari Rp3,08 triliun pada tahun buku 2023. Peningkatan ini mencerminkan keberhasilan strategi Antam dalam menjaga profitabilitas di tengah dinamika pasar.
Direktur Utama Antam, Nicolas D. Kanter, menyatakan bahwa emas menjadi tulang punggung kinerja keuangan Antam pada 2024. Menurutnya, kontribusi emas terhadap total pendapatan mencapai sekitar 83%, atau sebesar Rp57,56 triliun.
“Kami bersyukur masyarakat Indonesia terus menjadikan produk logam mulia Antam sebagai pilihan utama dalam berinvestasi emas,” ujar pria yang akrab disapa Nico dalam keterangan resmi, pada Rabu, 9 April 2025.
Pendapatan dari segmen emas tersebut melonjak 120% dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp26,12 triliun. Kinerja ini didorong oleh kenaikan harga emas global dan lonjakan permintaan domestik. Volume penjualan emas juga mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah perusahaan, mencapai 43.776 kilogram, naik 68% dari 26.129 kilogram pada 2023.
Seluruh penjualan emas difokuskan ke pasar domestik. Untuk mendukung peningkatan permintaan, Antam memperluas kanal distribusi melalui situs logammulia.com, berbagai platform e-commerce, serta jaringan Butik Emas yang tersebar di 12 kota besar.
Kinerja keuangan turut diperkuat oleh efisiensi biaya. Beban usaha turun 5% menjadi Rp3,50 triliun, terutama karena berkurangnya biaya logistik dan asuransi setelah kendala perizinan berhasil diselesaikan. Hal ini berdampak langsung pada peningkatan EBITDA sebesar 3% menjadi Rp6,73 triliun dan laba usaha sebesar 15% menjadi Rp3 triliun.
Komoditas lainnya tetap berkontribusi, meski tidak sebesar emas. Pendapatan dari segmen nikel tercatat sebesar Rp9,50 triliun, dengan volume penjualan feronikel mencapai 19.452 ton nikel dalam feronikel (TNi), diekspor ke pasar seperti Tiongkok, India, dan Korea Selatan. Sementara itu, segmen bauksit dan alumina menyumbang Rp1,80 triliun, naik 7% dari tahun lalu.
Total aset Antam naik 4% menjadi Rp44,52 triliun, dan ekuitas meningkat menjadi Rp32,20 triliun. Perusahaan juga telah melunasi investasi senilai Rp1,68 triliun, membuka ruang tambahan untuk ekspansi bisnis ke depan.
“Antam berhasil menunjukkan daya saing dan resiliensi tinggi di tengah fluktuasi harga komoditas serta perubahan regulasi. Kami tidak hanya bertahan, tetapi juga tumbuh dan mencetak kinerja keuangan terbaik sepanjang sejarah perusahaan,” tegas Nico.