logo
Ikuti Kami di:

Pasar Saham Global Tertekan Akibat Eskalasi Perang Dagang

Pasar Saham Global Tertekan Akibat Eskalasi Perang Dagang
Karyawan mengamati pergerakan harga saham di Profindo Sekuritas, Jakarta. (TrenAsia/Panji Asmoro)
Idham Nur Indrajaya01 April, 2025 21:05 WIB

JAKARTA - Pasar saham global mengalami tekanan signifikan selama empat hari berturut-turut akibat meningkatnya kekhawatiran terhadap dampak ekonomi dari perang dagang yang semakin memanas. Kebijakan perdagangan yang diterapkan Presiden Donald Trump memperburuk ketegangan global, membuat investor semakin berhati-hati menjelang pengumuman tarif baru yang diperkirakan akan memperparah ketidakstabilan ekonomi.

Pada Senin, 31 Maret 2025, aksi jual besar-besaran terjadi di berbagai bursa dunia, termasuk di Australia dan Hong Kong. Indeks Nikkei-225 anjlok ke level terendah dalam lebih dari enam bulan, sementara indeks saham Taiwan terkoreksi lebih dari 10% dari level tertingginya.

Tak hanya itu, kontrak berjangka untuk indeks saham AS dan Eropa juga menunjukkan pelemahan signifikan. Sementara itu, emas mencapai rekor tertinggi baru, dan imbal hasil obligasi Treasury AS mengalami penurunan, mencerminkan meningkatnya minat investor terhadap aset safe haven di tengah ketidakpastian pasar.

Manajer investasi global cenderung mengurangi risiko dalam portofolio mereka atau menunda pengambilan posisi besar hingga situasi pasar lebih kondusif.

Perlambatan Ekonomi AS Semakin Jelas

Laporan terbaru menunjukkan bahwa ekonomi AS mengalami perlambatan, ditandai dengan menurunnya sentimen konsumen serta meningkatnya tekanan inflasi. 

Analis dari Goldman Sachs Group Inc. memprediksi bahwa Federal Reserve (The Fed) akan memangkas suku bunga hingga tiga kali sepanjang tahun ini untuk meredam dampak negatif dari perang dagang terhadap pertumbuhan ekonomi dan tingkat pengangguran.

"Kebijakan agresif yang diambil oleh pemerintahan Donald Trump berdampak negatif terhadap ekonomi," ujar Katrina Ell, Direktur Penelitian Ekonomi di Moody's Analytics, dikutip dari hasil risetnya, Selasa, 1 April 2025.

Tarif Timbal Balik: Babak Baru Eskalasi Perang Dagang

Donald Trump menegaskan rencananya untuk menerapkan tarif timbal balik terhadap seluruh negara, sekaligus membantah spekulasi bahwa kebijakan ini hanya akan berlaku di sektor tertentu. Bahkan, ia menyebut pengumuman tarif pada 2 April sebagai 'Hari Pembebasan', yang menandakan peningkatan eskalasi dalam perang dagang global.

Pekan sebelumnya, Trump menaikkan tarif sebesar 25% untuk seluruh mobil yang tidak diproduksi di AS dan menyatakan bahwa kebijakan tarif timbal balik yang akan datang akan diterapkan dengan "sangat lunak".

Bergantung pada skala kebijakan yang diumumkan, dampak tarif ini diperkirakan dapat mempengaruhi Produk Domestik Bruto (PDB) AS serta memicu lonjakan harga dalam beberapa tahun mendatang akibat meningkatnya tarif impor dari berbagai negara.

Volatilitas Pasar Diperkirakan Berlanjut

Sebelumnya, kebijakan ekonomi Trump sempat mendorong indeks S&P 500 mencapai rekor tertinggi pada Februari. Namun, sejak saat itu, indeks mengalami penurunan tajam dan diperkirakan akan mencatatkan kuartal terburuk sejak 2022. Dengan berakhirnya kuartal ini pada Senin, volatilitas pasar diperkirakan akan tetap tinggi dalam waktu dekat.

Investor global terus mencermati perkembangan kebijakan perdagangan AS dan dampaknya terhadap stabilitas ekonomi dunia. Dalam situasi penuh ketidakpastian ini, strategi investasi yang lebih defensif dan diversifikasi aset menjadi langkah yang banyak diambil untuk mengurangi risiko pasar.