Bagikan:
Bagikan:
JAKARTA - Harga emas dunia kembali menjadi perbincangan setelah mencetak rekor tertinggi dalam sejarah. Pada hari Rabu 16 April 2025 kemarin, kontrak berjangka emas untuk pengiriman Juni di bursa NY Comex ditutup di angka US$ 3.301,62 per ons, melonjak drastis sebesar US$ 61,22 hanya dalam satu hari.
Fenomena ini menguatkan proyeksi beberapa analis bahwa harga emas bisa terus menanjak. Salah satunya adalah analis emas dan mata uang Lukman Leong, yang menyebut bahwa emas bisa mencapai US$ 4.000 per ons pada tahun 2025.
“Sangat mungkin naik, 4.000 dolar AS pun bisa tahun ini,” ungkap Lukman dikutip dari Antara, Kamis, 17 April 2025.
Kenaikan harga ini tentu menimbulkan dampak luas, tidak hanya di pasar global tetapi juga di dalam negeri. Di Indonesia, lonjakan ini langsung direspons masyarakat dengan meningkatnya permintaan terhadap emas fisik.
Namun, di balik euforia investasi, muncul kekhawatiran, apakah emas fisik akan semakin sulit ditemukan?
Kondisi global yang tidak menentu menjadi pendorong utama kenaikan harga emas. Konflik dagang antara Amerika Serikat dan China kembali memanas.
Pemerintah China secara resmi menghentikan impor pesawat Boeing dari AS, sebagai bentuk tekanan balik atas kebijakan Washington yang mengenakan sanksi pada perusahaan teknologi seperti NVIDIA, yang dikenai denda besar atas ekspor chip AI ke China.
Tak hanya itu, nilai tukar dolar AS yang melemah ikut mendorong investor untuk beralih ke emas sebagai aset aman (safe haven). Dengan situasi geopolitik yang tegang dan tekanan inflasi yang masih tinggi, emas kembali menjadi primadona.
Di Indonesia, lonjakan minat masyarakat terhadap emas fisik dinilai wajar. Namun, Lukman Leong memperingatkan kelangkaan ini bisa menjadi masalah serius jika tidak diantisipasi sejak dini.
"Saya kira memang emas fisik sudah langka sekarang,” ungkap Lukman.
Kala meresmikan Layanan Bank Emas Pegadaian dan Bank Syariah Indonesia (BSI) pada 26 Februari 2025, Menteri BUMN Erick Thohir mengungkapkan data terbaru mengenai cadangan emas batangan Indonesia.
Total cadangan emas yang kini dikelola oleh lembaga-lembaga keuangan negara tercatat mencapai 201 ton. Pegadaian menjadi pemegang cadangan terbesar dengan total 100 ton, disusul oleh Bank Indonesia (BI) sebanyak 80 ton, dan BSI dengan 17,5 ton.
“Ini kurang lebih artinya 201 ton,” ujar Erick di kantor pusat Pegadaian, Jakarta, 26 Februari 2025.
Pegadaian sendiri menargetkan cadangan emas yang dikelola perseroan akan meningkat signifikan menjadi 219 ton dalam lima tahun mendatang. Jika digabungkan dengan proyeksi cadangan BSI, totalnya bisa mencapai 440 ton.
Meski demikian, angka ini masih tertinggal dibandingkan dengan Singapura yang mencatatkan cadangan emas sebesar 228 ton. Padahal, secara geografis dan sumber daya alam, Indonesia memiliki potensi yang jauh lebih besar.
“Kita sama Singapura masih kalah,” tambah Erick.
Fakta ini menjadi pengingat penting akan perlunya strategi nasional yang lebih terintegrasi dalam pengelolaan dan pemanfaatan emas sebagai salah satu instrumen ketahanan ekonomi.
Indonesia sejatinya menyimpan kekayaan emas yang luar biasa. Dengan total cadangan emas alam mencapai 2.600 ton, Indonesia menyumbang sekitar 5% dari total cadangan emas dunia yang diperkirakan sebesar 50.300 ton.
Jumlah tersebut menempatkan Indonesia di posisi keenam dunia sebagai negara dengan cadangan emas terbesar, melampaui banyak negara lain yang lebih kecil secara geografis dan jumlah penduduk.
Di sektor produksi, Indonesia juga tampil sebagai salah satu pemain utama. Pada tahun 2023, produksi emas nasional mencapai 110 metrik ton, naik dari yang tadinya 105 ton pada tahun sebelumnya.
Peningkatan ini menempatkan Indonesia sebagai produsen emas terbesar ke-8 di dunia. Bahkan, pemerintah menargetkan peningkatan kapasitas produksi nasional hingga 160 ton per tahun dalam waktu dekat, mencerminkan komitmen dalam memperkuat industri pertambangan emas.
Peran penting dalam ekosistem emas Indonesia juga dimainkan oleh PT Freeport Indonesia (PTFI). Dalam kurun waktu 50 tahun terakhir, perusahaan ini telah memproduksi sekitar 1.900 ton emas, sebagai produk ikutan dari penambangan tembaga.
Kontribusi ini menjadikan Freeport sebagai salah satu sumber utama pasokan emas nasional. Saat ini, proyek pembangunan smelter PTFI di Gresik juga menjadi sorotan.
Smelter ini diproyeksikan mampu menghasilkan rata-rata 50 ton emas per tahun, menambah daya dorong signifikan terhadap target produksi nasional.
Dengan semua potensi tersebut, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadikan emas sebagai instrumen strategis dalam penguatan cadangan devisa, diversifikasi aset negara, serta perlindungan terhadap gejolak ekonomi global.