Bagikan:
Kopiko adalah permen produksi PT Mayora Indah Tbk (MYOR) yang sudah diekspor ke berbagai negara / Facebook @mayora.corp
undefinedBagikan:
JAKARTA - PT Mayora Indah Tbk (MYOR) menunjukkan ketahanan di tengah tekanan margin yang masih membayangi industri barang konsumsi cepat saji (FMCG). Dukungan dari stimulus pemerintah serta penurunan harga bahan baku menjadi faktor kunci yang menopang kinerja Mayora pada awal 2025.
Selama periode Januari–Februari 2025, penjualan MYOR tumbuh 15% secara tahunan (yoy). Pertumbuhan ini tidak hanya ditopang oleh peningkatan volume penjualan, tetapi juga oleh penyesuaian harga jual rata-rata (average selling price/ASP) sebesar 4% pada produk berbasis kakao.
"Stimulus pemerintah seperti bantuan tunai, program Makan Bergizi Gratis (MBG), dan diskon listrik menopang daya beli segmen menengah ke bawah," tulis Abyan H. Yuntoharjo, analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia, dalam riset terbarunya.
Meskipun demikian, tekanan margin masih menjadi tantangan. Sepanjang 2024, gross profit margin (GPM) MYOR turun sebesar 3,7 poin persentase (ppt) menjadi 23%, terdampak oleh kenaikan harga bahan baku dan biaya operasional, termasuk beban gaji.
Kondisi ini turut menekan laba bersih yang turun 6,1% yoy menjadi Rp3 triliun, meskipun sempat ditopang oleh keuntungan kurs satu kali di kuartal IV-2024 yang menghasilkan laba Rp985 miliar. Di sisi lain, pendapatan MYOR tetap tumbuh solid, naik 14,6% yoy menjadi Rp36 triliun, mencerminkan kuatnya permintaan meski margin menyempit.
Untuk 2025, Mayora diproyeksikan mencatat pertumbuhan pendapatan sekitar 13%. Katalis positif datang dari peningkatan ASP serta belanja iklan dan promosi (advertising & promotion/A&P) yang lebih tinggi, mencapai 8–10% dari penjualan, demi mempertahankan pangsa pasar.
Namun, tekanan biaya tetap menjadi perhatian. Beban bunga diperkirakan meningkat seiring dengan naiknya tingkat pinjaman. Hal ini mendorong penurunan proyeksi laba per saham (EPS) sebesar -37,2% untuk 2025 dan -13,9% untuk 2026.
Meski demikian, Mirae Asset Sekuritas tetap merekomendasikan saham MYOR untuk dibeli (buy), dengan target harga yang direvisi menjadi Rp2800 per saham. Target ini mencerminkan valuasi price to earnings (P/E) sebesar 19 kali, atau sekitar 0,5 standar deviasi di bawah rata-rata lima tahun terakhir.
Strategi bertahan MYOR juga tercermin dari efisiensi belanja modal. Untuk tahun ini, capex hanya dialokasikan sebesar Rp1 triliun, menurun dari realisasi Rp1,8 triliun pada 2024. Sebagian besar dana capex 2025, sekitar Rp600 miliar, difokuskan pada kebutuhan penggantian (replacement) alih-alih ekspansi besar.
Langkah efisiensi ini membuka ruang bagi peningkatan pembagian dividen. Dalam earnings call terbaru, manajemen MYOR memberi sinyal pembagian dividen yang lebih tinggi untuk tahun buku 2024. Sebagai perbandingan, dividend payout ratio tahun buku 2023 tercatat sebesar 38%.