Bagikan:
Bagikan:
JAKARTA - Saham bank terkoreksi, tapi labanya justru naik tajam. Awal 2025 jadi momen menarik bagi sektor perbankan Indonesia. Di balik fluktuasi harga saham, performa keuangan bank-bank besar menunjukkan angka yang menjanjikan, dari pertumbuhan laba bersih hingga ekspansi kredit yang melampaui ekspektasi.
KB Valbury Sekuritas mencatat, rata-rata emiten bank membukukan pertumbuhan laba bersih sebesar 3% secara tahunan (yoy) sepanjang Januari hingga Februari 2025. Khusus pada Februari, PATMI (profit after tax and minority interest) tumbuh signifikan sebesar 14,8% yoy atau 21,5% dibandingkan bulan sebelumnya (mom).
Analis KB Valbury, Akhmad Nurcahyadi, menyatakan bahwa realisasi PATMI (bank only) telah mencapai 14,3% dari target laba tahunan. Capaian ini dinilai sejalan dengan ekspektasi awal perusahaan. Beberapa bank menunjukkan kinerja yang mencolok.
PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) misalnya mencatatkan pertumbuhan PATMI sebesar 8,4% yoy, didukung oleh beban bunga yang rendah, efisiensi biaya operasional, dan provisi yang terjaga. Realisasi laba BBCA sudah menyentuh 15,3% dari target tahunan.
Sementara itu, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) juga tampil impresif, dengan pertumbuhan laba bersih sebesar 10,1% yoy. “Kinerja ini ditopang oleh kenaikan pendapatan bunga bersih sebesar 7,7% yoy serta lonjakan pendapatan non-bunga sebesar 46,1% yoy,” jelasnya dalam riset dikutip pada Rabu, 9 April 2025.
Dari sisi penyaluran kredit, sektor perbankan mencatatkan pertumbuhan 10,3% yoy, sedikit lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang berada di angka 10,2% yoy. Kredit investasi menjadi pendorong utama dengan pertumbuhan 14,6% yoy, diikuti kredit modal kerja (7,6%) dan konsumsi (10,31%).
Ia bilang rata-rata pertumbuhan kredit bank yang dicakup dalam riset (di luar BBTN) mencapai 13% yoy. “Angka ini melampaui proyeksi OJK (9–11%) dan juga perkiraan internal KB Valbury (9–10%). Sementara itu, Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan kredit di kisaran 11–13% yoy,” tambahnya.
Meski terdapat tekanan tipis pada net interest margin (NIM), turun dari 5% menjadi 4,9%, kondisi ini masih dalam batas wajar. Biaya kredit pun tetap terkendali, bahkan turun tipis sebesar 0,1% yoy dan 0,3% mom. KB Valbury memperkirakan stabilitas ini akan menjadi katalis utama pertumbuhan PATMI sepanjang sisa tahun.
Ia menambahkan bahwa laba bersih konsolidasi kuartal I-2025 akan menjadi indikator penting untuk mengevaluasi kinerja dan pencapaian target laba perbankan sepanjang tahun. Menariknya, koreksi harga saham perbankan belakangan ini membuat valuasinya berada sedikit di bawah rata-rata historis, mendekati -1 standar deviasi.
Kondisi ini menciptakan peluang investasi yang cukup menarik bagi investor jangka menengah dan panjang. Dengan prospek tersebut, KB Valbury Sekuritas mempertahankan rekomendasi overweight untuk sektor perbankan. Artinya, saham-saham bank diproyeksikan memberikan imbal hasil lebih tinggi dibanding sektor lain maupun IHSG.
Berdasarkan faktor tersebut ada tiga saham unggulan yang direkomendasikan adalah Bank Central Asia (BBCA) dengan target harga Rp12.510 per saham, Bank Mandiri (BMRI) Rp8.180 per saham, dan Bank Syariah Indonesia (BRIS) Rp3.670 per saham.
Target harga ini terbilang tinggi, terutama jika dibandingkan dengan kondisi pasar saat ini. Sepanjang tahun 2025, saham-saham perbankan mengalami koreksi cukup tajam. Saham BBCA, misalnya, telah terdepresiasi sebesar 19,95% ke level Rp7.925 per saham. Hal serupa juga terjadi pada BMRI dan BRIS, yang masing-masing turun 19,49% ke Rp4.710 per saham dan 21,94% ke Rp2.170 per saham.