Bagikan:
Bagikan:
JAKARTA - Kebijakan tarif impor baru yang diberlakukan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump diprediksi akan memicu lonjakan harga sejumlah produk teknologi, termasuk iPhone.
Meskipun Apple adalah perusahaan asal AS, sebagian besar produksi iPhone masih berbasis di China negara yang kini dikenakan tarif hingga 54% oleh pemerintahan Trump. Analis dari Rosenblatt Securities mengatakan harga iPhone dapat naik hingga 43% akibat kebijakan tersebut.
Model iPhone 16 Pro Max dengan kapasitas penyimpanan 1 terabyte yang saat ini dijual seharga US$1.599 (sekitar Rp26,4 juta), diperkirakan bisa melonjak menjadi US$2.300 (sekitar Rp38 juta).
“Sementara itu, iPhone 16E yang awalnya dijual US$599 (Rp9,9 juta) dapat meningkat menjadi US$856 (Rp14,1 juta), bahkan lebih mahal dari iPhone 16 reguler yang dirilis tahun sebelumnya,” katanya dikutip dari Reuters pada Sabtu, 5 April 2025.
Kenaikan harga ini disebabkan oleh peningkatan beban produksi akibat tarif tinggi, yang tidak hanya dikenakan terhadap China. Dua negara lain yang juga menjadi basis produksi Apple, yaitu Vietnam dan India, turut terkena dampak.
Vietnam dikenakan tarif hingga 46%, sementara India sebesar 26%. Hal ini menjadikan strategi diversifikasi produksi Apple kurang efektif dalam menekan biaya produksi secara global.
Apple sendiri belum memberikan tanggapan resmi terhadap potensi kenaikan harga ini. Namun, laporan dari Reuters menyebutkan bahwa tidak hanya iPhone, produk-produk lain dari Apple seperti iPad, MacBook, dan perangkat wearable juga berisiko mengalami kenaikan harga.
Indonesia sebagai salah satu pasar penting bagi Apple di Asia Tenggara juga kemungkinan besar akan terdampak. Selama ini, harga iPhone di pasar domestik sudah tinggi akibat bea masuk dan pajak. Dengan tambahan beban tarif dari sisi produksi, harga iPhone di Indonesia diperkirakan akan melonjak lebih tinggi lagi.
Kondisi ini dapat memengaruhi daya beli konsumen serta memicu pergeseran preferensi pasar. Dengan harga iPhone varian entry-level berpotensi menembus Rp14 juta, konsumen mungkin mulai mempertimbangkan alternatif dari produsen lain yang menawarkan spesifikasi serupa dengan harga lebih terjangkau.
Kebijakan tarif ini muncul di tengah tren penurunan penjualan iPhone dalam beberapa kuartal terakhir. Salah satu penyebabnya adalah respon publik yang kurang antusias terhadap inovasi terbaru Apple, termasuk fitur kecerdasan buatan (AI) bertajuk Apple Intelligence.
Meski dinilai cukup inovatif, fitur tersebut belum dianggap sebagai alasan kuat untuk melakukan upgrade perangkat. Dengan tekanan dari sisi biaya dan pasar yang stagnan, Apple menghadapi tantangan ganda: menjaga margin keuntungan sambil tetap mempertahankan daya saing di pasar global.