logo
Ikuti Kami di:

Donald Trump Biang Kerok Rupiah Anjlok

Donald Trump Biang Kerok Rupiah Anjlok
Karyawan memindahkan tumpukan uang rupiah di cash pooling Bank Mandiri, Jakarta, Jum'at, 21 Januari 2022. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
Muhammad Imam Hatami13 Maret, 2025 15:01 WIB

JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami pelemahan signifikan. Pada perdagangan 12 Maret 2025, rupiah turun 44 poin atau 0,27% ke level Rp16.452 per dolar AS dibandingkan posisi sebelumnya di Rp16.409 per dolar AS. 

Pelemahan ini sejalan dengan tren negatif sejak awal tahun, di mana rata-rata nilai tukar rupiah sepanjang 2025 berada di level Rp16.309 per dolar AS.

Dalam konferensi Pers APBN KiTa, Menteri Keuangan, Sri Mulyani mengungkap, salah satu faktor utama yang menyebabkan rupiah melemah adalah kebijakan ekonomi kontroversial yang diambil oleh Presiden AS, Donald Trump

Sejak kembali menjabat, Trump mengadopsi kebijakan proteksionisme yang berdampak pada gejolak ekonomi global. Ancaman perang dagang, kebijakan tarif tinggi terhadap berbagai negara, termasuk China, serta ketidakpastian ekonomi AS, turut mengguncang pasar keuangan dan menekan mata uang negara berkembang seperti Indonesia.

“Mulai Januari, dan terutama semenjak Presiden Donald Trump dilantik, begitu banyak kebijakan eksekutif Trump yang terus menerus menimbulkan gejolak. Gejolak ini dirasakan di seluruh dunia dan ini terefleksikan pada kurs rupiah,” ujar Sri Mulyani dalam konferensi Pers APBN KiTa, Kamis 13 Maret 2025.

Kebijakan Trump dan Dampaknya

Kebijakan-kebijakan yang diterapkan oleh Trump memicu kekhawatiran investor global. Ancaman kenaikan tarif terhadap impor dari China membuat permintaan global menurun, yang berimbas pada negara-negara eksportir seperti Indonesia. 

Pasar keuangan juga menghadapi tekanan akibat kebijakan suku bunga tinggi di AS, yang mendorong investor menarik dananya dari pasar negara berkembang dan kembali ke aset berbasis dolar.

Di tengah ketidakpastian global, imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun masih menunjukkan kestabilan. Per 10 Maret 2025, yield SBN tercatat di level 6,88%, dengan rata-rata sepanjang tahun ini sebesar 6,98%. 

Kementerian Keuangan menilai imbal hasil ini masih cukup kompetitif meskipun menghadapi tekanan global yang tinggi.

Para analis memperkirakan nilai tukar rupiah masih berpotensi menguat dalam waktu dekat, meski tetap menghadapi tekanan eksternal. Level penguatan diperkirakan berada di kisaran Rp16.400 per dolar AS, dengan potensi resisten di Rp16.480 per dolar AS. 

Stabilitas rupiah ke depan akan sangat bergantung pada perkembangan kebijakan ekonomi AS serta respons Bank Indonesia dalam menjaga keseimbangan pasar valas.

Dengan adanya dinamika global yang masih penuh ketidakpastian, pelaku pasar diharapkan terus mencermati kebijakan ekonomi dunia, khususnya kebijakan proteksionisme Trump yang terbukti memiliki dampak besar terhadap stabilitas nilai tukar rupiah.