Bagikan:
Bagikan:
JAKARTA- Di tengah rontoknya pasar saham di Indonesia, Menteri Keuangan Sri Mulyani tampil memberikan sejumlah laporan positif. Sebuah upaya untuk meredam situasi.
Sri Mulyani menggelar konferensi pers, di Kantor Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Jakarta Selasa 18 Maret 2025. Salah satu hal yang segera dibantah Menteri Keuangan adalah kabar tentang kemunduran dirinya. Dia menegaskan dirinya tetap fokus menjalankan tugas negara untuk mengelola Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
“Untuk menegaskan rumor mengenai posisi Menkeu, posisi saya sampai sekarang tetap fokus menjaga tugas negara dan kepercayaan Presiden untuk mengelola APBN dan keuangan negara secara profesional,” kata Sri Mulyani.
Dia pun kembali menekankan bahwa dia dan jajarannya terus bertanggung jawab menjaga keuangan negara sebagai instrumen yang luar biasa penting bagi pencapaian dan tujuan pembangunan yang sudah disampaikan oleh Presiden Prabowo Subianto serta menjaga kepercayaan masyarakat. “Saya tegaskan, saya ada di sini, berdiri dan tidak mundur,” ujar Sri Mulyani.
Sri Mulyani Indrawati juga melaporkan kinerja penerimaan pajak mengalami perbaikan per 17 Maret 2025. “Penerimaan pajak pada bulan Maret terus menunjukkan tren yang positif. Penerimaan bruto antara tanggal 1 sampai 17 Maret 2025 bahkan sudah menunjukkan pertumbuhan positif 6,6 persen,” katanya.
Sri Mulyani menyatakan capaian itu merupakan perkembangan signifikan bila dibandingkan dengan catatan terakhir 28 Februari 2025, dengan penerimaan pajak bruto negatif 3,8 persen. “Jadi, dalam kurun waktu 17 hari, terjadi turn around dari penerimaan bruto, yang sebelumnya negatif 3,8 persen pada akhir Februari menjadi positif 6,6 persen pada 17 Maret,” katanya lagi.
Dalam kesempatan itu, ia menegaskan posisi penerimaan negara pada Februari 2025 disebabkan faktor restitusi yang cukup besar, sehingga data belum stabil.
Sebelumnya dikatakan realisasi penerimaan pajak pada Januari hingga Februari 2025 tercatat sebesar Rp187,8 triliun. Angka itu turun signifikan bila dibandingkan realisasi pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp269,02 triliun.
Hal positif yang juga disampaikan Menkeu adalah kinerja Surat Utang Negara (SUN) pada lelang 18 Maret 2025 yang menunjukkan hasil yang sangat baik di tengah dinamika pasar saham.
“Penawaran yang masuk atau incoming bid sangat kuat, yang menggambarkan kepercayaan investor kepada pemerintah dan APBN, yaitu Rp61,75 triliun,” katanya.
Untuk lelang kali ini, pemerintah menetapkan target indikatif senilai Rp26 triliun. Artinya, nilai penawaran yang masuk itu setara dengan 2,38 kali dari target indikatif.
Dari nilai itu, sebanyak Rp13,95 triliun atau 22,59 persen berasal dari investor asing. Sri Mulyani optimistis hal ini menandakan kepercayaan investor asing terhadap Indonesia tetap tinggi.
“Dengan penawaran masuk yang kuat, maka Kemenkeu dapat melakukan pemilihan untuk penawaran yang dimenangkan atau awarded bid. Dari target lelang minggu ini Rp26 triliun, kami memenangkan Rp28 triliun, di atas target indikatif yang sudah ditetapkan,” ujarnya.
Komposisi investor asing dari nominal yang dimenangkan mencapai 19,04 persen atau Rp5,33 triliun. Imbal hasil (yield) pun juga tercapai dengan baik, yaitu pada tingkat imbal hasil yang sama dengan secondary market. Artinya, pemerintah tidak perlu memberikan premium atau tambahan imbal hasil untuk bisa menarik investor.
Adapun rincian nominal yang dimenangkan dan imbal hasil untuk tiap-tiap seri yaitu SPN tenor 12 bulan dimenangkan Rp2 triliun dengan imbal hasil 6,25000 persen.
FR0104 tenor 5 tahun dimenangkan Rp12,70 triliun dengan imbal hasil 6,70023 persen; FR0103 tenor 10 tahun dimenangkan Rp7,15 triliun dengan imbal hasil 7,01985 persen; FR0106 tenor 15 tahun dimenangkan Rp1,75 triliun dengan imbal hasil 7,03713 persen; FR0107 tenor 20 tahun dimenangkan Rp4,10 triliun dengan imbal hasil 7,07804 persen; dan FR0105 tenor 40 tahun dimenangkan Rp300 miliar dengan imbal hasil 7,10892 persen.
Sri Mulyani menambahkan, pasar Surat Berharga Negara (SBN) juga terjaga stabil, dengan imbal hasil SUN 10 tahun siang ini berada pada level 7,01 persen.
“Ini yang biasa digunakan sebagai tolok ukur asumsi makro dalam APBN. Levelnya tidak berubah atau sama dengan yield pada posisi awal tahun 1 Januari 2025,” jelas dia.
Dari segi spread yield terhadap US Treasury, SUN 10 tahun Indonesia juga lebih baik dari banyak negara sejawat. Spread yield SUN 10 tahun terhadap US Treasury dengan tenor yang sama terbilang cukup rendah, yaitu 267 basis poin (bps). Sebagai perbandingan, spread yield Mexico 521 bps, Afrika Selatan 629 bps, dan Brasil 1.070 bps. Artinya, negara-negara itu membayar surat utang jauh lebih mahal.
“Jadi kalau dibandingkan, Indonesia memiliki daya tarik SUN yang kompetitif, dan ini mencerminkan kepercayaan terhadap pengelolaan APBN kita,” tambah Menkeu.
Dukungan investor asing terhadap pasar SBN juga cukup kuat, dengan catatan aliran modal masuk (capital inflow) di pasar SBN mencapai Rp17,53 triliun (year-to-date/ytd).
“Kami ingin menegaskan kepada pelaku pasar, Kemenkeu akan terus mengelola APBN secara prudent dan kredibel. Ini penting untuk mencapai tujuan pembangunan serta untuk terus menjaga kepercayaan masyarakat dan juga pelaku ekonomi,” tuturnya.