logo
Ikuti Kami di:

CEO Indonesia Airlines Heran, Hanya di Indonesia Maskapai Rugi dan Minta Subsidi

CEO Indonesia Airlines Heran, Hanya di Indonesia Maskapai Rugi dan Minta Subsidi
Debrinata Rizky21 Maret, 2025 20:05 WIB

JAKARTA - Indonesia Airlines adalah maskapai penerbangan baru yang didirikan oleh Iskandar Ismail, seorang pengusaha asal Bireuen, Aceh. Meski akan berbasis di Bandara Internasional Soekarno-Hatta,  kantor pusat  Indonesia Airlines justru di Singapura. dan akna fokus pada layanan penerbangan internasional.

Dalam sebuah pernyataan terbaru, CEO PT Indonesia Airlines Group sekaligus Executive Chairman Calypte Holding Iskandar  mengungkapkan keheranannya mengenai kondisi maskapai-maskapai di Indonesia yang mengalami kerugian dan memerlukan subsidi pemerintah.

Sebagai contoh, PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) melaporkan kerugian bersih sebesar US$131,22 juta atau sekitar Rp2,06 triliun pada kuartal III tahun 2024. Iskandar menyoroti bahwa di tingkat internasional, jarang ada maskapai besar yang mengalami kerugian serupa dan memerlukan subsidi pemerintah.

"Saya bingung mengapa banyak yang mengklaim bahwa bisnis airlines itu susah untungnya, padahal kalau dicek di maskapai internasional tidak ada yang rugi cuman di Indonesia yang rugi dan harus disubsidi" katanya dilansir Jumat, 21 Maret 2025.

Menurut Iskandar, pada 2023 Singapore Airlines bagi-bagi keuntungan pada karyawannya hingga delapan kali gaji serta pada 2024 juga mereka melakukan hal yang sama. “Pertanyaannya kenapa mereka bisa melakukan hal itu sedangkan maskapai Indonesia selalu teriak merugi,” ungkapnya. Tidak hanya Singgapore Airlines, menurut Iskandar, Emiret, Qatar Airlines, Etihad Airways serta British Airways juga tidak pernah merugi.

Iskandar menambahkan sebelum mendirikan Indonesia Airlines, dirinya telah melakukan studi kelayakan yang tidak sebentar.  “Saya telah melakukan studi kelayakan terkait bisnis Aviasi di Indonesia, di mana lokasi Indonesia yang sangat strategis di antara dua benua dan dua samudera,” paparnya.

Meskipun saat ini beberapa maskapai banyak mengalami kerugian, Iskandar menjelaskan jika bisnis Aviasi Indonesia bukan karena gagal penanganan, namun belum maksimal dalam pengelolaannya.

Iskandar mencontohkan bandara Changi Singapura saja pada 2024 hanya 40 juta lebih dan dibawah dari Indonesia. “Mereka saja yang penumpangnya lebih rendah dari kenapa bisa make mooney dan ini merupakan tanda tanya besar bagi kita,” jelasnya.

Iskandar menyoroti tantangan yang dihadapi oleh industri penerbangan Indonesia, di mana beberapa maskapai besar mengalami kesulitan finansial. Indonesia Airlines, dengan model bisnis dan strategi operasionalnya, berupaya untuk mengatasi tantangan tersebut dan memberikan layanan yang efisien serta berkualitas bagi para penumpang.

Awal Mula Indonesia Airlines

Iskandar menjelaskan bahwa Indonesia Airlines mulai merintis melalui Calypte Holding Pte. Ltd di tengah pandemi COVID-19 lalu. Ia melihat ada peluang bahwa Singapura mendorong pertumbuhan perusahaan Startup.

Menurutnya ia melihat peluang setelah berdiskusi panjang dengan salah satu rekannya di suatu Kementerian di Singapura. "Ya mungkin karena kita punya visi-misi yang sama tentang energi terbarukan, bidang-bidang utama seperti aviasi, pendidikan, kesehatan, pertanian sehingga dicoba,"lanjutnya.

Berdasarkan data Indonesia Airlines, Calypte Holding Pte. Ltd. adalah perusahaan pengembang Energi Terbarukan, Penerbangan, dan Pertanian yang berkantor pusat di Singapura. 

Setelah menandatangani nota kesepahaman atau memorandum of understanding (MoU) pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) 1.000 MW dan Pembangkit Listrik Tenaga Gas (CCGT) 500 MW senilai Rp 19 triliun di Pulau Bengkalis, Pekanbaru, Riau, Rabu, 9 Agustus 2023, perusahaan itu kini juga merambah ke sektor penerbangan.

Setelah sukses dengan peluncuran proyek raksasa Pembangkit listrik tenaga surya 2500 Megawatt,  Calypte Holding PTE. LTD. kembali melanjutkan kiprahnya di Indonesia dengan mendirikan perusahaan maskapai.

Setelah melakukan studi kelayakan secara komprehensif dengan konsultan aviasi dari Singapura dan Amerika Serikat secara resmi Calypte Holding Pte. Ltd. telah mendaftarkan anak perusahaan baru melalui Notaris untuk pendirian PT. Indonesia Airlines Group 7 Maret 2025.

Sebagai tahap awal keberadaan maskapai ini di tanah air, INA akan mengoperasikan sebanyak 20 armada pesawat. 20 pesawat ini akan didatangkan secara bertahap yang terdiri dari 10 unit pesawat badan kecil dan 10 unit pesawat badan lebar.