Bagikan:
Bagikan:
JAKARTA – PT Bursa Efek Indonesia (BEI) membekukan sementara perdagangan (trading halt) pada pukul 11:19:31 waktu Jakarta Automated Trading System (JATS). Pembekuan ini akibat penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang melewati ambang batas 5%.
Hal tersebut dilakukan berdasarkan Surat Keputusan Direksi BEI Nomor: Kep-00024/BEI/03-2020 tanggal 10 Maret 2020 mengenai Perubahan Panduan Penanganan Kelangsungan Perdagangan di Bursa Efek Indonesia dalam Kondisi Darurat.
Sementara, perdagangan akan kembali dilanjutkan pada pukul 11:49:31 waktu JATS tanpa adanya perubahan dalam jadwal perdagangan.
IHSG terus mengalami tren penurunan. Pada sesi pertama perdagangan hari ini, Selasa, 18 Maret 2025, IHSG ditutup merosot sebesar 395,87 poin atau 6,12% ke level 6.076,08.
Bahkan pada pukul 11:19:31 waktu Jakarta Automated Trading System (JATS), IHSG dibekukan setelah ambruk 5%. Pembekuan tersebut berlangsung selama 30 menit.
Pembekuan sementara ini merupakan yang pertama kali dilakukan oleh BEI dalam lima tahun terakhir. Terakhir kali IHSG dihentikan sementara terjadi pada 19 Maret 2020, ketika pandemi COVID-19 melanda Indonesia dan berbagai negara di dunia. Saat itu, IHSG anjlok lebih dari 5% dalam satu hari akibat kepanikan global yang dipicu oleh penyebaran virus COVID-19.
Sebelumnya, IHSG juga pernah mengalami pembekuan sementara pada 8 Oktober 2008. Pada hari yang dikenal sebagai Black Wednesday karena krisis ekonomi global, IHSG merosot tajam hingga 10,38% atau turun 168 poin ke level 1.451.
Dilansir dari berbagai sumber, berikut cara menghadapi turunnya nilai atau harga saham:
1. Kelola Emosi dengan Baik
Bukan hal baru bahwa sisi emosional sering kali mendominasi saat menyaksikan penurunan harga saham yang dimiliki. Namun, membiarkan emosi menguasai bukanlah pilihan bijak, karena keputusan yang diambil dalam kondisi emosional justru berisiko menimbulkan kerugian lebih besar bagi investor.
Jika saham yang dimiliki mengalami penurunan harga, usahakan untuk tetap tenang dan hindari kepanikan.
Temukan cara untuk menstabilkan emosi agar tetap berpikir jernih. Setelah kondisi lebih terkendali, barulah jalankan strategi yang telah disiapkan sebelumnya guna menghadapi kemungkinan kendala dalam investasi saham.
2. Cari Tahu Penyebab Saham Turun
Setelah berhasil menenangkan diri dan mengendalikan emosi, langkah berikutnya adalah mencari tahu penyebab di balik penurunan harga saham. Hindari mempercayai rumor tanpa dasar yang beredar, dan pastikan informasi yang diperoleh didukung oleh fakta.
Setelah memahami alasan sebenarnya di balik penurunan tersebut, barulah pertimbangkan dengan cermat langkah terbaik yang dapat diambil selanjutnya.
3. Tentukan Tindakan yang Selanjutnya Dilakukan
Setelah memahami alasan di balik penurunan harga saham, langkah selanjutnya adalah menentukan keputusan yang akan diambil, apakah itu membeli (buy), menjual (sell), atau mempertahankan (hold) saham. Keputusan ini tentu harus disesuaikan dengan kondisi penurunan harga yang sedang terjadi.
Sebagai contoh, jika penurunan harga diperkirakan bersifat sementara, membeli saham bisa menjadi pilihan yang menguntungkan. Namun, jika masih diperlukan waktu untuk melakukan analisis lebih lanjut mengenai penyebab turunnya harga, mempertahankan saham (hold) dapat menjadi opsi yang lebih bijak.
4. Tetap Simpan Saham Anda
Cara lain yang bisa dilakukan adalah mempertahankan saham yang sudah dimiliki, terutama jika saham tersebut termasuk dalam kategori big cap atau blue chips. Saham jenis ini memiliki kapitalisasi pasar besar dan fundamental yang kuat, dengan nilai kapitalisasi pasar lebih dari Rp40 triliun.
Sebagai referensi, Anda dapat melihat saham yang tergabung dalam Indeks LQ45, yang mencakup 45 emiten pilihan dengan tingkat likuiditas tinggi dan dievaluasi setiap enam bulan, yakni pada awal Februari dan Agustus.
Saham big cap umumnya memiliki potensi untuk pulih lebih cepat setelah penurunan IHSG. Namun, strategi ini lebih cocok bagi investor yang menggunakan dana idle, mengingat dibutuhkan waktu hingga portofolio saham kembali ke harga pembelian awal atau mencapai nilai wajarnya.
5. Selalu Pegang Dana Likuid
Sebesar apa pun keyakinan Anda terhadap portofolio saham, pastikan tetap memiliki dana likuid untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Layaknya menyiapkan payung sebelum hujan, pengelolaan investasi harus dilakukan dengan bijak agar arus kas tetap stabil meskipun pasar mengalami gejolak. Bagaimanapun, kebutuhan hidup harus tetap terpenuhi, terlepas dari kondisi pasar saham yang fluktuatif.
Meskipun pasar saham tidak selalu dalam kondisi baik, hal ini tidak seharusnya menyurutkan niat untuk berinvestasi.
Dengan perencanaan yang matang, peluang meraih keuntungan tetap terbuka. Tunggu hingga kepanikan mereda, pertahankan saham dengan fundamental kuat, dan selalu siapkan dana likuid.