Target IHSG Dipangkas ke 6.900, Investor Disarankan Berburu Saham Dividen Tinggi

17 April, 2025 08:00 WIB

Penulis:Alvin Bagaskara

Editor:Amirudin Zuhri

Ilustrasi Bursa - Panji 6.jpg
Layar menampilkan pergerakan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis 12 Januari 2023. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia

JAKARTA - Tekanan global yang kian membayangi mendorong Samuel Sekuritas Indonesia merevisi target Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) untuk 2025 menjadi 6.900, turun dari proyeksi sebelumnya di level 7.300. 

Revisi yang dilakukan oleh perusahaan dengan kode broker IF ini mencerminkan pelemahan ekspektasi terhadap pertumbuhan laba per saham (EPS) IHSG yang kini hanya diperkirakan tumbuh 1,6%, jauh di bawah estimasi awal sebesar 4,7%. 

Kepala Riset Samuel Sekuritas, Prasetya Gunadi, menjelaskan bahwa perubahan ini juga mempertimbangkan revisi asumsi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menjadi Rp16.900. Ia menambahkan bahwa kebijakan tarif yang kembali digaungkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dapat memperlambat ekonomi global, termasuk Indonesia.

Meski kontribusi ekspor Indonesia ke AS hanya sekitar 1,9% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), Prasetya menilai dampak tidak langsung melalui pelemahan ekonomi Tiongkok tetap signifikan dan berpotensi mengganggu prospek pasar saham domestik.

Tekanan global itu pun tercermin pada perdagangan Rabu, 16 April 2025, di mana IHSG ditutup melemah 0,65% atau turun 41,62 poin ke posisi 6.400,05. Kendati satu minggu terakhir, masih berada di zona hijau, secara year to date masih minus 9,60%.

Sementara itu, sepanjang hari ini, IHSG dibuka di 6.461,27 dan sempat menyentuh titik tertinggi di 6.469,59. Bursa mencatat 261 saham menguat, 355 saham melemah, dan 344 stagnan, dengan kapitalisasi pasar sebesar Rp11.036 triliun.

Meskipun pasar melemah, sejumlah saham berkapitalisasi besar masih mencatat penguatan. Saham PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) naik 2,04% ke Rp7.500, PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) naik 1,22% ke Rp2.480, serta PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) naik 1,41%.

Sebaliknya, saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) melemah 5,08% ke Rp5.600, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) anjlok 4,21% ke Rp4.100, sementara saham PT Astra International Tbk (ASII), PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI), dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) juga terkoreksi masing-masing sebesar 1,85%, 1,70%, dan 1,17%.

Melihat dinamika tersebut, Samuel Sekuritas menyarankan investor untuk lebih selektif dan beralih ke saham-saham defensif maupun emiten dengan dividen tinggi. Sektor konsumsi, telekomunikasi, dan unggas dinilai memiliki ketahanan yang lebih kuat terhadap gejolak pasar, didukung oleh kebijakan pemerintah seperti program makan gratis dan kenaikan upah minimum.

Adapun saham yang direkomendasikan untuk strategi defensif meliputi BBCA, TLKM, ICBP, AMRT, dan JPFA. Sementara saham berdividen tinggi seperti ASII, HMSP, UNVR, PTBA, dan TAPG turut menjadi pilihan utama.

Di sisi lain, Samuel Sekuritas tetap mewaspadai sektor tambang logam yang dinilai rentan terhadap perlambatan ekonomi Tiongkok. Meski komoditas seperti tembaga dan nikel tidak terkena tarif tambahan dari AS, penurunan volume dan harga tetap menjadi risiko utama.

Prasetya juga memperingatkan bahwa sejumlah emiten berisiko mencatat penurunan laba pada kuartal I-2025 akibat kombinasi tekanan biaya dan permintaan yang lemah. Emiten yang termasuk dalam radar tersebut antara lain BBRI, JSMR, MEDC, INCO, dan AKRA.