Dunia
13 Maret, 2025 11:04 WIB
Penulis:Muhammad Imam Hatami
Editor:Ananda Astridianka
JAKARTA - Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali mengejutkan pasar dengan kebijakan perdagangannya. Trump awalnya mengumumkan kenaikan tarif impor baja dan alumunium dari Kanada menjadi 50%, naik dari rencana awal 25%.
Langkah ini disebut sebagai respons terhadap tarif 25% yang sempat dikenakan Ontario pada ekspor listrik ke AS. Namun, hanya beberapa jam setelah pengumuman tersebut, Trump membatalkan kebijakan kenaikan tarif tambahan, sehingga tarif 25% tetap berlaku mulai Kamis, 13 Maret 2025.
"Mereka memahami betapa seriusnya kami, kami berdua (kanada - AS) sepakat, biarkan kepala dingin yang menang. Kami perlu duduk dan memajukan ini," kata penasihat perdagangan Trump, Peter Navarro, dikutip Reutes, Kamis, 13 Maret 2025.
Trump juga menginstruksikan Menteri Perdagangan AS untuk menambah 25% lagi pada tarif logam asal Kanada jika negosiasi perdagangan tidak berjalan sesuai harapan. Selain tarif baja dan aluminium, Trump juga menekan Kanada untuk menurunkan tarif produk susu AS yang saat ini berkisar antara 250%-390%.
Jika Kanada tidak mencabut kebijakan tersebut, AS mengancam akan menaikkan tarif impor mobil dari Kanada mulai 2 April 2025. Kebijakan ini memicu ketegangan perdagangan antara kedua negara yang telah lama bermitra dalam ekonomi.
Pasar keuangan merespons negatif kebijakan tarif Trump. Indeks S&P 500 turun 1% saat perdagangan dibuka, Kamis, 13 Maret 2025 waktu setempat, mencerminkan kekhawatiran investor terhadap kebijakan tarif impor baru yang diterapkan oleh pemerintahan Trump.
Indeks S&P 500 merupakan indeks pasar saham yang mengukur kinerja 500 perusahaan terbesar yang terdaftar di bursa saham Amerika Serikat, seperti New York Stock Exchange (NYSE) dan Nasdaq.
Penurunan indeks ini menunjukkan tekanan di pasar keuangan, terutama bagi perusahaan yang bergantung pada perdagangan internasional, di tengah ketidakpastian ekonomi akibat perang dagang antara AS dan Kanada.
Sementara itu indeks Toronto melemah 0,5%. Dolar Kanada juga mengalami tekanan terhadap dolar AS. Investor khawatir kebijakan proteksionisme ini akan memperlambat pertumbuhan ekonomi global dan meningkatkan inflasi di AS.
Pada Selasa, 11 Maret 2024, indeks S&P 500 telah mengalami penurunan sebesar 0,7%, setelah sehari sebelumnya mengalami penurunan terbesar sejak Desember, yaitu 2,7%.
Bursa saham Eropa, termasuk FTSE 100, Cac 40, dan Dax, juga turut melemah akibat kekhawatiran terhadap perang dagang.
Dunia bisnis di AS mulai merasakan dampak dari kebijakan tarif ini. Para pengusaha, termasuk pemilik usaha kecil Jason Goldstein, pendiri merk bir lokal dengan merek Icarus Brewing, di New Jersey yang mengaku menghadapi ketidakpastian karena harga bahan baku melonjak akibat tarif impor.
"Belum pernah sebelumnya dalam hidup saya harus membaca begitu banyak berita, menonton begitu banyak berita untuk mengetahui seperti apa industri saya di masa mendatang," jelas Jason.
Banyak bisnis yang mulai menahan pembelian baru dan menyetok bahan baku sebelum harga semakin naik. Para ekonom memperingatkan bahwa kebijakan tarif proteksionisme Trump dapat meningkatkan inflasi dan berisiko memperlambat ekonomi AS, bahkan memicu resesi jika ketegangan perdagangan terus berlanjut.
Perdana Menteri Ontario, Doug Ford, menegaskan pemerintahnya tidak akan mengalah terhadap tekanan AS. Ford menuntut agar AS terlebih dahulu menghapus tarif impor baja dan aluminium dari Kanada sebelum pihaknya mempertimbangkan untuk menurunkan tarif terhadap produk susu AS.
Namun, Ontario akhirnya membatalkan tarif 25% untuk ekspor listrik ke AS setelah ancaman tarif Trump, dengan alasan ingin fokus pada negosiasi perdagangan yang lebih luas. Tak hanya Kanada, mulai 12 Maret 2025, AS resmi memberlakukan tarif impor 25% untuk baja dan aluminium dari Brasil, Meksiko, Korea Selatan, dan beberapa negara lainnya.
Trump bersikeras bahwa kebijakan ini diperlukan untuk melindungi industri baja dan aluminium dalam negeri dari persaingan asing. Diketahui Kanada juga merespons kebijakan tarif Trump dengan memberlakukan tarif senilai C$30 miliar terhadap berbagai produk AS.
Sebelumnya, ketegangan meningkat setelah Trump menyebut Kanada terlalu bergantung pada AS untuk perlindungan militer. Dalam pernyataan kontroversialnya, Trump bahkan menyarankan agar Kanada menjadi negara bagian ke-51 AS sebagai solusi untuk menghapus semua tarif perdagangan antara kedua negara.
Bagikan
Dunia
2 hari yang lalu