Bursa Saham
11 April, 2025 18:02 WIB
Penulis:Alvin Bagaskara
Editor:Ananda Astridianka
JAKARTA - PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI), emiten teknologi yang terafiliasi dengan Hashim Djojohadikusumo, tengah menjadi sorotan pasar berkat strategi ekspansi agresif dan model bisnis yang menyasar segmen masyarakat berpenghasilan rendah.
Untuk mengimplementasikan rencana tersebut, emiten bersandi WIFI berencana melakukan penambahan modal melalui skema hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue, dengan target dana maksimal sebesar Rp5,89 triliun.
Dana hasil rights issue akan digunakan untuk membangun jaringan fiber to the home (FTTH) yang mencakup 4 juta homepass di Pulau Jawa, serta mendukung modal kerja anak usaha, PT Integrasi Jaringan Ekosistem (IJE).
Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), manajemen WIFI menyebutkan akan menerbitkan hingga 2,94 miliar saham baru dengan harga pelaksanaan Rp2.000 per saham. Pelaksanaan rights issue direncanakan berlangsung pada 17–23 Juni 2025.
Langkah ini menjadi bagian dari strategi jangka panjang perusahaan dalam menghadirkan internet murah berkualitas. Melalui layanan Starlite, WIFI menargetkan segmen fixed broadband untuk rumah tangga berpenghasilan rendah, yang selama ini belum tergarap oleh pemain besar.
Tidak tanggung-tanggung, emiten berkodekan WIFI ini menawarkan paket internet berkecepatan 200 Mbps hanya seharga Rp100 ribu per bulan, sekitar 80% lebih murah dari tarif rata-rata pesaing dan hanya 4% dari UMP di Jawa.
Selai itu, perusahaan juga menargetkan 5 juta sambungan rumah tangga pada 2025, dengan memanfaatkan jaringan serat optik eksklusif yang membentang di sepanjang jalur kereta milik KAI. Selain itu, WIFI menjalin kolaborasi strategis dengan PLN/Icon+, Pertagas, serta mitra teknologi global seperti NTT East Corporation, Nokia, Huawei, dan Qualcomm untuk pengembangan jaringan 5G Fixed Wireless Access (FWA).
Secara operasional, WIFI menunjukkan efisiensi tinggi. Margin EBITDA tercatat mencapai 70,9%, tertinggi di industri, hampir dua kali lipat dari rata-rata kompetitor sebesar 42,6%. Selain itu, return on invested capital (ROIC) perusahaan diproyeksikan mencapai 18,2% pada 2026, jauh di atas rerata industri sebesar 10,9%.
Diberitakan sebelumnya oleh TrenAsia pada 9 April 2025, potensi pertumbuhan inilah yang membuat Samuel Sekuritas Indonesia merekomendasikan saham WIFI dengan peringkat “buy” dan target harga Rp5.200 per saham, yang mencerminkan potensi kenaikan sebesar 229% dari harga penutupan hari tersebut.
Sementara itu, pada perdagangan sesi pertama Jumat, 11 April 2025, saham WIFI bergerak melesat 14,65% ke level Rp2.270. Artinya, masih ada peluang kenaikan sebesar 100% dari harga yang ditargetkan oleh Samuel Sekuritas.
Nah, valuasi ini didasarkan pada model discounted cash flow (DCF) dengan WACC 11,7% dan asumsi pertumbuhan terminal 1,5%, serta pembanding berbasis EV/EBITDA forward 5x, yang menunjukkan valuasi 2026 sebesar 6,6x masih diskon 40% dibanding rata-rata sektor sejenis.
Dengan dukungan rights issue, strategi harga yang kompetitif, jaringan infrastruktur yang solid, serta kinerja keuangan yang menjanjikan, WIFI diposisikan sebagai pemain kunci dalam perluasan akses digital di Indonesia, sekaligus menjadi salah satu saham potensial di sektor teknologi dan konektivitas untuk jangka menengah hingga panjang.
Bagikan
Korporasi
15 jam yang lalu