Bagikan:
Bagikan:
JAKARTA – Saham emiten tambang batu bara PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) melesat pada perdagangan Rabu, 16 April 2025, didorong oleh rencana buyback jumbo senilai Rp4 triliun serta sentimen positif dari kebijakan baru pemerintah terkait penyesuaian tarif royalti mineral.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), hingga pukul 10.18 WIB, saham berkode AADI tercatat melonjak 9,65% ke level Rp7.100 per saham. Sejak mencatatkan penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) pada Desember 2024, saham milik Boy Thohir ini sempat menyentuh rekor tertinggi di Rp9.625.
Namun, tekanan dari situasi global dalam beberapa bulan terakhir membuat saham AADI terkoreksi 13,68% secara year to date (YtD). Kenaikan harga pada hari ini dinilai sebagai respons cepat investor yang mencermati potensi penguatan seiring aksi buyback, yang ditujukan untuk menjaga stabilitas harga saham dan memperkuat kepercayaan pasar.
Perseroan bersiap melaksanakan aksi pembelian kembali atau buyback saham dengan anggaran maksimal sebesar Rp4 triliun. Dalam keterbukaan informasi, manajemen menyampaikan bahwa jumlah saham yang akan dibeli tidak akan melebihi 10% dari total modal ditempatkan dan disetor penuh.
Perseroan menegaskan bahwa aksi buyback ini tidak akan menyebabkan kekayaan bersih menjadi lebih kecil dari modal ditempatkan ditambah cadangan wajib. Sebelum eksekusi dilakukan, AADI akan meminta persetujuan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang dijadwalkan pada 22 Mei 2025.
Jika disetujui, buyback akan dilaksanakan secara bertahap selama maksimal 12 bulan, mulai 23 Mei 2025. Manajemen AADI menjelaskan bahwa langkah ini bertujuan untuk meningkatkan likuiditas saham di pasar dan mencerminkan nilai fundamental perseroan.
“Perseroan berharap dengan dilaksanakannya pembelian kembali saham, akan memberikan tingkat pengembalian yang baik bagi para pemegang saham serta meningkatkan kepercayaan investor,” tulis manajemen dalam keterbukaan informasi pada Selasa, 15 April 2025.
Lebih lanjut, manajemen meyakini bahwa aksi buyback tidak akan berdampak negatif terhadap kinerja maupun pendapatan perusahaan. Saldo laba ditahan dan arus kas yang dimiliki saat ini dinilai cukup untuk mendanai aksi korporasi tersebut.
“Dengan posisi keuangan yang solid, perseroan berkeyakinan bahwa pembelian kembali saham tidak memberikan dampak buruk terhadap kegiatan usaha dan pertumbuhan di masa mendatang,” tambahnya.
Dari sisi kinerja keuangan, AADI membukukan laba bersih sebesar US$1,21 miliar sepanjang 2024, tumbuh 5,86% secara tahunan (year on year/yoy), meskipun pendapatan menurun 10% menjadi US$5,32 miliar.
Sebagai tambahan sentimen positif, pemerintah juga resmi memberlakukan Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 2025 yang menyesuaikan tarif royalti bagi produsen batu bara yang beroperasi di bawah skema Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK).
Invesment Analyst Stockbit Sekuritas, Hendriko Gani mengatakan penyesuaian ini dinilai menguntungkan AADI sebagai salah satu emiten IUPK, karena memberikan potensi penguatan kinerja keuangan di tengah harga batu bara acuan (HBA) yang masih stabil tinggi pada level US$128 per ton.
Sejumlah sekuritas yang dihimpun TrenAsia juga menilai saham AADI masih memiliki ruang kenaikan yang menarik. BRI Danareksa, KB Valbury, dan Kiwoom Sekuritas kompak merekomendasikan beli dengan target harga berkisar Rp9.850 hingga Rp10.500 per saham. Praktis, hanya Ciptadana Sekuritas memberi rekomendasi tahan dengan target Rp8.950 per saham.
Saham ini dinilai atraktif karena valuasinya yang murah (P/E sekitar 2,4x), potensi dividend yield tinggi, serta prospek penguatan kinerja seiring kebijakan royalti dan aksi buyback. Dengan fundamental kuat dan dukungan sentimen positif, AADI disebut sebagai salah satu emiten batu bara yang paling diperhatikan investor saat ini.