logo
Ikuti Kami di:

7 Tradisi Unik Lebaran di Indonesia, Ada Perang Topat

7 Tradisi Unik Lebaran di Indonesia, Ada Perang Topat
Tradisi Lebaran, Grebeg Syawal D.I. Yogyakarta.
Distika Safara Setianda23 Maret, 2025 14:28 WIB

JAKARTA – Setelah sebulan penuh menjalankan ibadah puasa, umat Islam merayakan kemenangan dengan penuh kegembiraan daam Hari Raya Idulfitri atau Lebaran.

Seperti halnya Ramadan yang disambut dengan meriah, Idulfitri juga dirayakan dengan sukacita. Bahkan, berbagai daerah di Indonesia memiliki tradisi khas masing-masing dalam menyambut momen istimewa ini.

Kearifan lokal ini diwariskan secara turun-temurun, menjadi ciri khas setiap provinsi. Berbagai tradisi yang penuh makna hadir untuk menandai serta menambah kemeriahan perayaan Idulfitri di berbagai daerah. Kira-kira ada tradisi unik apa saat perayaan Lebaran? Yuk, simak artikel berikut!

Tradisi Unik Lebaran di Indonesia

Dilansir dari berbagai sumber, berikut beberapa tradisi unik menyambut Lebaran di Indonesia:

1. Binarundak (Sulawesi Utara)

Binarundak adalah tradisi yang telah berlangsung selama puluhan tahun di kalangan Suku Mongondow yang bermukim di Kotamobagu, Sulawesi Utara. Tradisi ini terinspirasi dari kebiasaan masyarakat Jawa Tondano di Minahasa yang menggelar perayaan pada hari ketujuh setelah Idulfitri.

Biasanya, Binarundak diselenggarakan antara hari ketiga hingga seminggu setelah Lebaran. Tradisi ini melibatkan ratusan peserta, baik pemudik maupun warga setempat yang tidak merantau.

Selain menjadi momen untuk saling memaafkan dan berkumpul kembali, para peserta juga beramai-ramai memasak serta menyantap Nasi Jaha bersama.

2. Festival Meriam Karbit (Kalimantan Barat)

Kota Pontianak, Kalimantan Barat, memiliki tradisi khas dalam menyambut 1 Syawal, yaitu Festival Meriam Karbit yang digelar di sepanjang Sungai Kapuas.

Festival Meriam Karbit tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga simbol keberanian serta semangat kebersamaan bagi masyarakat.

Perayaan menyambut Lebaran yang penuh kemeriahan ini berlangsung selama tiga hari berturut-turut, dimulai dari sebelum, saat, hingga setelah Lebaran.

Uniknya, Festival Meriam Karbit bukan sekadar tradisi Lebaran, tetapi juga bagian dari warisan budaya yang sarat akan nilai sejarah, terutama karena kaitannya dengan asal-usul berdirinya Kota Pontianak.

3. Grebeg Syawal (D.I. Yogyakarta)

Grebeg Syawal merupakan salah satu ritual tahunan yang secara rutin diselenggarakan. Tradisi yang berasal dari Keraton Yogyakarta ini digelar setiap 1 Syawal, bertepatan dengan Hari Raya Idulfitri. Tradisi ini telah berlangsung sejak abad ke-16 sebagai ungkapan rasa syukur setelah menjalani ibadah di bulan Ramadan.

Keunikan Grebeg Syawal terletak pada tujuh gunungan yang disiapkan, yaitu tiga gunungan lanang/kakung, serta masing-masing satu gunungan wadon/estri, gunungan darat, gunungan gepak, dan gunungan pawuhan.

Gunungan-gunungan tersebut dibawa oleh abdi dalem dengan pengawalan prajurit Bregodo, berangkat dari Alun-Alun Utara Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat menuju Masjid Gedhe Kauman, Pura Pakualaman, dan Kantor Kepatihan. Sebelum diperebutkan oleh masyarakat, gunungan tersebut terlebih dahulu didoakan.

4. Ngadongkapkeun (Banten)

Ngadongkapkeun merupakan tradisi masyarakat Banten yang digelar setelah Salat Idulfitri. Tradisi ini dipimpin oleh tetua kampung, yang disebut Olot atau Kokolot Lembur, dengan memimpin doa bersama sebagai ungkapan rasa syukur atas kelancaran ibadah Ramadan.

Setelah doa, para pemuda melakukan sungkeman kepada orang yang lebih tua sebagai tanda penghormatan.

Tradisi ini juga dilengkapi dengan sesaji berjumlah ganjil, seperti makanan kecil, air putih, dan kopi. Ngadongkapkeun menjadi simbol penghormatan kepada leluhur serta wujud rasa syukur yang mendalam. Acara ini selalu berlangsung dengan khidmat dan melibatkan banyak warga.

Sebagai penutup, para peserta menikmati hidangan yang telah didoakan, termasuk segelas kopi hitam pahit.

5. Perang Topat (Nusa Tenggara Barat)

Tradisi Perang Topa atau yang dikenal sebagai perang ketupat, merupakan salah satu cara unik dan sarat makna dalam menyambut Lebaran. Tradisi saling melempar ketupat ini dipercaya melambangkan keharmonisan antara umat Hindu dan Islam yang hidup berdampingan di Lombok.

Sebelum perang dimulai, masyarakat terlebih dahulu melakukan doa dan ziarah di Makam Loang Baloq di kawasan Pantai Tanjung Karang serta Makam Bintaro di kawasan Pantai Bintaro.

Keunikan lainnya terletak pada ketupat yang digunakan dalam tradisi ini, di mana setelah dilemparkan, ketupat-ketupat tersebut kembali diperebutkan karena diyakini dapat membawa kesuburan dan meningkatkan hasil panen.

6. Ronjok Sayak (Bengkulu)

Salah satu tradisi Lebaran unik di Indonesia dapat ditemukan di Bengkulu, yaitu Ronjok Sayak. Secara umum, sayak merujuk pada batok kelapa, sehingga Ronjok Sayak merupakan tradisi membakar tumpukan batok kelapa kering yang disusun hingga mencapai ketinggian sekitar satu meter. Tradisi ini diyakini telah berlangsung selama ratusan tahun.

Masyarakat Bengkulu meyakini api berperan sebagai penghubung antara manusia dengan leluhur. Oleh karena itu, pelaksanaan Ronjok Sayak dilakukan dengan khidmat dan diiringi doa-doa yang dipanjatkan sepanjang prosesi pembakaran batok kelapa. Biasanya, tradisi ini berlangsung setelah salat Isya pada 1 Syawal.

7. Tumbilotohe (Gorontalo)

Tumbilotohe adalah tradisi adat yang menjadi bagian dari warisan budaya masyarakat Gorontalo. Tradisi ini berperan penting dalam kehidupan sosial dan budaya, berfungsi sebagai penanda datangnya bulan suci serta sebagai penerangan bagi warga yang menuju masjid untuk beribadah.

Tumbilotohe berlangsung selama tiga malam dan berakhir pada malam Idulfitri. Tradisi ini memiliki makna mendalam, di mana masyarakat Gorontalo mengekspresikan ketenangan jiwa melalui pelaksanaannya. Selain itu, Tumbilotohe mencerminkan kesadaran akan asal-usul leluhur, nilai kembali pada kesucian setelah berpuasa, serta kepuasan spiritual yang dirasakan menjelang hari kemenangan.

Itu dia beberapa tradisi lebaran unik di penjuru Indonesia. Semoga bermanfaat!