logo
Ikuti Kami di:

5 Negara dengan Pengelolaan Sampah Terbaik di Dunia, Ada Tetangga RI

5 Negara dengan Pengelolaan Sampah Terbaik di Dunia, Ada Tetangga RI
Seorang laki-laki dan perempuan sedang memilah sampah.
Distika Safara Setianda19 April, 2025 18:08 WIB

JAKARTA – Permasalahan sampah merupakan isu yang membutuhkan perhatian serius dari berbagai kalangan. Hingga kini, penanganan sampah masih sering menemui hambatan dan belum menunjukkan hasil yang optimal.

Dilansir dari disperkimta.bulelengkab.go.id, jika penanganan sampah diabaikan, dampaknya sangat nyata bagi masyarakat—mulai dari penurunan kualitas hidup, terganggunya keindahan lingkungan, hingga meningkatnya risiko bencana seperti banjir akibat aliran air yang tersumbat oleh tumpukan sampah.

Selain itu, keberadaan sampah yang tidak terkelola dengan baik juga dapat memicu penurunan kualitas kesehatan masyarakat yang tinggal di sekitar wilayah terdampak.

Untuk itu, pengelolaan sampah yang baik merupakan hal penting bagi sebuah negara. Sejumlah negara telah berhasil menerapkan sistem pengelolaan sampah dengan baik, efisien, dan berkelanjutan. Yuk, simak artikel berikut!

Negara dengan Pengelolaan Sampah Terbaik di Dunia

Berikut negara dengan pengelolaan sampah terbaik di dunia:

Swedia

Swedia dikenal memiliki regulasi pengelolaan sampah yang tertata dengan baik. Limbah tidak lagi dipandang sebagai sekadar sampah, tetapi sebagai sumber daya yang berharga.

Dilansir dari situs Smart City Sweden, tingkat daur ulang limbah dari rumah tangga maupun sektor bisnis terus mengalami peningkatan dalam beberapa dekade terakhir. Fokus utama dalam pengelolaan limbah di negara ini adalah mendaur ulang sampah rumah tangga.

Warga Swedia melakukan pemilahan sampah secara teratur berdasarkan jenisnya, seperti sisa makanan, kemasan logam, plastik, kertas, kaca, koran, perangkat elektronik, ban, serta baterai.

Kesadaran dan dedikasi warga Swedia merupakan faktor kunci keberhasilan yang menjadikan Swedia sebagai salah satu pemimpin global dalam pengelolaan limbah  berkelanjutan.

Keberhasilan sistem pengelolaan sampah ini tidak terlepas dari tingginya kesadaran lingkungan serta komitmen masyarakat dan dunia usaha. Sebagian besar limbah di Swedia dimusnahkan melalui fasilitas konversi sampah menjadi energi, yang kemudian digunakan untuk menyediakan air panas pada sistem pemanas distrik serta menghasilkan listrik.

Singapura

Di jantung Asia Tenggara, Singapura menjadi simbol inovasi dan keberlanjutan, khususnya dalam pengelolaan sampah. Dengan keterbatasan lahan dan kepadatan penduduk yang tinggi, negara ini berhasil merintis berbagai solusi inovatif untuk menghadapi tantangan pengelolaan limbah.

Dilansir dari Seaside Sustainability, strategi pengelolaan sampah di Singapura berfokus pada prinsip 3R, (mengurangi (reduce), menggunakan kembali (reuse), dan mendaur ulang (recycle) sampah).

Didukung oleh infrastruktur yang kuat serta peraturan yang ketat, negara kota ini telah menerapkan sistem pengumpulan dan daur ulang sampah yang efisien, dengan tujuan mengurangi produksi limbah sekaligus memaksimalkan pemanfaatan kembali sumber daya. 

Komitmen Singapura terhadap pengelolaan sampah berkelanjutan tercermin dari target ambisiusnya untuk menekan jumlah sampah yang masuk ke tempat pembuangan akhir dan meningkatkan angka daur ulang.

Singapura berada di garis terdepan dalam pengelolaan sampah berkat penerapan teknologi dan solusi inovatif. Negara kota ini telah berinvestasi dalam fasilitas canggih pengubah sampah menjadi energi, yang mampu mengonversi limbah yang tidak dapat didaur ulang menjadi listrik.

Hal ini tidak hanya mengurangi tekanan terhadap tempat pembuangan akhir, tetapi juga menyediakan sumber energi terbarukan. Selain itu, Singapura juga memanfaatkan sistem manajemen sampah pintar, seperti sensor otomatis pada tempat sampah dan pengumpulan sampah terpusat, untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi dampak terhadap lingkungan.

Upaya pengelolaan sampah di Singapura didorong oleh kemajuan teknologi mutakhir serta pendekatan inovatif. Pemerintah setempat secara serius mendanai penelitian dan pengembangan untuk menemukan metode baru dalam menangani limbah.

Salah satu inovasi yang menonjol adalah penggunaan sistem pengangkutan sampah pneumatik di kawasan perumahan dan komersial, di mana sampah dialirkan melalui pipa bawah tanah menuju titik pengumpulan pusat.

Sistem ini mengurangi ketergantungan pada metode pengangkutan sampah tradisional, menekan emisi karbon, serta meningkatkan kebersihan lingkungan perkotaan.

Jepang

Jepang dikenal memiliki aturan yang sangat ketat dalam hal pengelolaan sampah. Secara umum, sampah di negara ini diklasifikasikan menjadi tiga kategori utama yaitu, sampah yang bisa dibakar, sampah yang tidak bisa dibakar, dan sampah yang dapat didaur ulang.

Dilansir dari japan-guide.com, jumlah tempat sampah umum di Jepang sangat terbatas, sehingga warga terbiasa membawa pulang sampah mereka sendiri. Di rumah, tempat sampah disediakan secara terpisah sesuai dengan jenis sampahnya.

Aturan pengelolaan sampah di Jepang juga bisa berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya, namun secara umum peraturannya sangat disiplin. Tingkat kesadaran masyarakat terhadap isu sampah pun sangat tinggi.

Hari dan hari pengumpulan sampah ditentukan berdasarkan kebijakan daerah. Untuk jenis sampah berukuran besar seperti perabot rumah tangga, sepeda, atau perangkat elektronik, biasanya akan diambil langsung oleh petugas sesuai jadwal yang telah disepakati dan ditangani dengan prosedur khusus.

Taiwan

Taiwan melakukan cara dengan Program Daur Ulang 4-in-1. Program Daur Ulang 4-in-1 mendorong kolaborasi antara masyarakat, pemerintah daerah, perusahaan pengelola limbah, dan lembaga pengelola dana daur ulang untuk membentuk sistem daur ulang sumber daya yang terpadu.

Dilansir dari Enviliance ASIA, setiap rumah tangga akan memilah sampah, dan jenis sampah daur ulang kecil yang dihasilkan akan dikumpulkan serta dimanfaatkan kembali dengan bantuan perusahaan pengelola limbah dan dana daur ulang, berkolaborasi dengan pemerintah daerah.

Warga, pemerintah daerah, perusahaan pengelola limbah, dan dana daur ulang akan bersinergi membangun jaringan pengumpulan untuk memastikan sampah daur ulang terkumpul, digunakan kembali, atau dibuang dengan cara yang tepat.

Program ini telah dimulai sejak tahun 1997 dan bertujuan untuk memastikan pembuangan sampah daur ulang dilakukan dengan cara yang benar. Pemerintah juga telah menetapkan undang-undang yang ketat bagi setiap perusahaan dalam mengelola limbah.

Belanda

Dengan populasi yang dikenal akan kesadaran ekologinya, negara ini telah mengembangkan sistem inovatif untuk menangani limbah dengan tetap mengutamakan pelestarian lingkungan dan optimalisasi sumber daya.

Dilansir dari PLAEX Technology, dari pengurangan dan daur ulang limbah hingga pemulihan energi dan teknik penyortiran canggih, Belanda telah mengadopsi pendekatan holistik yang menguntungkan lingkungan dan warganya.

Pendekatan Belanda terhadap pengelolaan limbah berfokus pada meminimalkan limbah, memulihkan material berharga, dan menggunakan insinerasi untuk menghasilkan energi. Penimbunan sampah hanya dipertimbangkan jika opsi lain tidak memungkinkan.

Pendekatan ini, yang dikenal sebagai ‘urutan preferensi,’ memprioritaskan pengurangan, penggunaan kembali, dan daur ulang limbah.

Selain itu, Belanda juga menerapkan peraturan yang tegas terkait pemilahan sampah, termasuk untuk sampah kertas, organik, plastik, dan bahan lainnya.

Itu dia cara beberapa negara dalam mengolah sampah. Semoga bermanfaat!